Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) akan menyiapkan cetak biru selama 10 tahun untuk sepak bola putri dengan target Piala Dunia 2035, kata Erick Thohir Ketua Umum PSSI setelah berbicara dengan Satoru Mochizuki, pelatih timnas putri Indonesia.
“Tadi kita (dengan Satoru Mochizuki) sudah bersepakat membuat cetak biru (sepak bola putri) untuk 10 tahun. Tadinya saya bicara lima tahun, tapi pelatih bilang enggak, dia mau sepuluh tahun. Inilah yang kita namakan tentu keberlanjutan ini penting, program ini kita akan jalankan secara serius,” kata Erick, dilansir Antara, Selasa (20/2/2024).
Hal itu diungkapkan Erick Thohir saat penandatangan kontrak antara PSSI dan Satoru Mochizuki pelatih putri Indonesia asal Jepang di Jakarta.
Di sisi lain, Satoru yang dikontrak untuk masa dua tahun itu, pernah memperkuat klub liga 1 Japan Soccer League, Urawa Reds dan Kyoto Purple Sanga, serta klub divisi dua, Nippon Kokan di awal karier sepak bolanya.
“Saya pilih Jepang karena tradisi sepakbola putri Jepang sangat kuat. Juara dunia sekali, dan sembilan kali lolos terus ke putaran final Piala Dunia putri sejak 1991,” tambahnya.
Kata Erick, kehadiran Mochizuki menjadi bagian dari kerja sama PSSI dengan Asosiasi Sepak Bola Jepang (JFA) yang diresmikan Mei 2023.
Sebelumnya, tangan dingin Mochizuki telah membawa Jepang menjadi juara Piala Dunia Putri 2011 di Jerman dan medali perak Olimpiade London 2012.
Satoru yang dikontrak untuk masa dua tahun itu pernah memperkuat klub liga 1 Japan Soccer League, Urawa Reds dan Kyoto Purple Sanga, serta klub divisi dua, Nippon Kokan di awal karier sepak bolanya.
“Penunjukan ini agar sepakbola putri kita juga bangkit, dan membuktikan bahwa kami di PSSI tidak hanya fokus di putra saja,” tegasnya.
Menurut Erick, kedatangan Mochizuki menjadi langkah awal dalam mengembangkan potensi sepakbola putri Merah Putih.
Sementara itu, Erick juga menyatakan tidak melupakan sisi pembinaan dan untuk mendukung liga sebagai kunci pembinaan, PSSI tengah menyusun cetak biru kompetisi putri dari usia muda, sebelum menggulirkan Liga 1.
“Intinya, perlu waktu. Salah satunya, akhir bulan ini akan digelar turnamen putri usia muda U10 dan U14. Ini awal karena harus dimulai dari usia 9, 12, 14, yang menandakan pembinaan dari bawah,” katanya.
“Jadi kita bangun dari pembinaan akar rumput. Lalu dibuat zona-zona yang diikuti klub, sehingga baru bisa dijadikan liga. Turnamen-turnamen muda ini bisa menyalurkan kompetisi dan menampung bakat sepakbola wanita kita,” tambah Erick.
“Mengapa langsung timnas? Karena saat ini, timnas putri kita punya pemain-pemain yang secara kualitas baik, dengan ada beberapa main di liga luar negeri. Jadi momentumnya lagi bagus dan harus kita manfaatkan,” jelasnya. (ant/sya/iss)