Sabtu, 23 November 2024

Tak Dengarkan Desakan Internasional, Israel Tetap Serang Rafah

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Benjamin Netanyahu Perdana Menteri Israel saat mengadakan konferensi pers di pangkalan militer Kirya di Tel Aviv, Israel pada 28 Oktober 2023. Foto: Reuters

Benjamin Netanyahu Perdana Menteri Israel pada Sabtu (17/2/2024) mengatakan, pihaknya akan tetap melancarkan serangan militer ke Rafah di Jalur Gaza selatan, serta tidak akan menyetujui tuntutan Hamas untuk gencatan senjata dan pertukaran sandera.

Dalam konferensi pers di Yerusalem, Netanyahu mengatakan bahwa tuntutan Hamas tidak masuk akal dan dianggap hanya ingin mencapai satu tujuan, yaitu kekalahan Israel.

“Jelas kami tidak akan menyetujuinya. Jika Hamas membatalkan tuntutan ini, barulah kami akan bisa melanjutkannya, kami punya kekuatan untuk menghancurkan Hamas dan kami juga harus menghancurkan sebagian besar brigade mereka,” ucapnya seperti dilansir Antara, Senin (19/2/2024).

“Kami mempunyai kekuatan yang cukup untuk menghancurkan kekuatan Hamas di Gaza dan kami harus menghancurkan sebagian besar brigade mereka, dan kami telah membuat kemajuan besar dalam hal ini,” lanjut Netanyahu.

Meski ada peringatan regional dan internasional terhadap invasi Israel ke Rafah, Netanyahu menegasakan menolak. Menurutnya, siapapun yang ingin mencegah operasi militer di Rafah, sama saja ingin Israel kalah dalam perang.

“Ada banyak ruang untuk evakuasi warga sipil di wilayah Rafah sehingga kami dapat melakukan serangan militer,” tegasnya.

Channel 12 Israel melaporkan, bahwa Netanyahu akan menyampaikan pada pemerintahnya rencana pekan depan untuk serangan militer terhadap Rafah.

Israel mengumumkan niatnya untuk menyerang Rafah di wilayah selatan yang padat penduduknya, setelah secara paksa mengevakuasi penduduk di utara dan mengarahkan mereka ke selatan, mengeklaim bahwa itu adalah “daerah yang aman.”

Peringatan regional dan internasional meningkat sehubungan dengan pemboman Israel terhadap Rafah dengan persiapan untuk menyerang Rafah secara langsung dan bahaya yang ditimbulkan terhadap ratusan ribu pengungsi yang mencari perlindungan di sana sebagai tempat perlindungan paling selatan di Jalur Gaza.

“Israel tidak akan menyerah pada perintah Internasional mengenai penyelesaian masa depan dengan Palestina, di bawah kepemimpinan saya, Israel akan memberikan perlawanan kuat terhadap pengakuan sepihak atas negara Palestina,” ujarnya.

Mengacu pada protes populer yang sedang berlangsung di beberapa kota di Israel sejak perang dimulai, menuntut pengunduran diri pemerintah, Netanyahu menyatakan penolakannya untuk mengadakan pemilu selama konflik.

“Hal terakhir yang dibutuhkan Israel saat ini adalah mengadakan pemilu.” pungkasnya.

Di sisi lain, Ismail Haniyeh Kepala Biro Politik Hamas pada, Sabtu (17/2/2024), sebelumnya menekankan bahwa perlawanan akan terus berlanjut kecuali Israel menghentikan total agresinya, penarikan militer dari pendudukan di Jalur Gaza, dan pencabutan pengepungan yang tidak adil.

“Serta penyediaan tempat penampungan yang aman dan layak bagi para pengungsi akibat kejahatan pendudukan, kembalinya para pengungsi, terutama ke Jalur Gaza bagian utara, diakhirinya kebijakan kelaparan yang biadab, dan komitmen terhadap rekonstruksi,” lanjutnya.

“Hamas selalu merespon dengan semangat positif dan bertanggung jawab melalui para mediator untuk menghentikan agresi terhadap rakyat kami, mengakhiri pengepungan yang tidak adil, dan memungkinkan aliran bantuan, tempat tinggal dan rekonstruksi,” ujar Haniyeh dalam sebuah pernyataan.

Adapun pada Selasa (6/2/2024) pekan lalu, perundingan tentang usulan pertukaran sandera yang baru diadakan di Kairo, namun tidak ada kemajuan. (ant/man/bil/faz)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
27o
Kurs