Rabu, 27 November 2024

Menari, Latih Motorik Kasar Anak-anak

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
Kegiatan tari dipadukan dengan latihan motorik kasar anak-anak. Foto: Humas Universitas Narotama

Motorik kasar penting diajarkan pada anak sejak dini. Latihan motorik kasar biasanya terdiri atas melompat, jinjit, ataupun berlari. Gerakan latihan motorik kasar yang monoton itu menggelitik Valentine Aqwarinna Gempita mahasiswi PG-PAUD Universitas Narotama Surabaya.

Valentine Aqwarinna Gempita, menjadikan latihan motorik kasar yang monoton itu menjadi ide untuk memadukan latihan motorik kasar dengan gerakan yang lebih menarik berupa tari kreasi.

Valen sapaan Valentine yang memang memiliki bakat menari sejak kecil dan mengajar tari di sekolah-sekolah, mengkreasikan tari tradisional yang bertema hewan dengan gerakan modern agar anak lebih tertarik.

“Saya membuat kreasi tari semut yang diawali dengan dongeng supaya memancing anak-anak usia dini untuk bergerak. Karena kalau langsung diminta menari, akan lebih sulit,” terang Valen.

Cara itu ternyata berhasil, dan membuat anak-anak usia dini di PPT Kartini Gununganyar mau mengikuti gerakan tari kreasi Valen.

“Fungsi latihan tari ini adalah untuk mengasah motorik kasar anak usia dini dan untuk melestarikan gerakan tari tradisional. Serta agar anak-anak mulai menyukai budaya mereka sendiri sejak kecil,” kata Valen.

Efek dari menari bagi anak usia dini ternyata lebih dari itu. Valen menceritakan ada satu anak yang sangat sulit untuk bersosialisasi dan mulai percaya diri setelah selama 2 bulan latihan menari secara rutin.

“Berteman pun juga dengan anak itu-itu saja. Tapi setelah seminggu sekali latihan tari rutin selama 2 bulan, lama-kelamaan dia mulai fleksibel dan lebih percaya diri. Dia sudah mulai bisa bersosialisasi dengan lebih banyak orang,” kata Valen.

Penelitian latihan tari kreasi untuk mengasah motorik kasar anak usia dini ini juga mendapatkan hibah Program Kegiatan Mahasiswa dari Dikti sebesar Rp 7,6 juta. “Awalnya itu adalah tugas mata kuliah Pendidikan Karakter, tapi niatnya akan terus dikembangkan karena hasilnya yang cukup baik,” tambah valen.

Saat ini, Valen mengajar tari di beberapa sekolah dan kampung dalam program Disbudpar Kota Surabaya agar anak-anak di Surabaya mengenal budaya dan tidak hanya bermain gadget.

Meski sudah menari sejak kecil, namun Valen tidak begitu saja mulus ketika mengajar tari pada anak.

“Wah tantangan sekali, terutama bagi anak-anak yang tidak memiliki dasar tari sama sekali. Mereka kebanyakan tidak bisa seiring dengan musik dan temponya. Bahkan ada yang nangis karena tidak mau diajak bergerak,” papar Valen.

Uniknya, Valen baru saja lulus kuliah S1 Teknik Arsitektur di salah satu perguruan tinggi swasta di Surabaya, namun karena kecintaannya pada anak-anak, Valen pun memilih untuk mengambil studi S1 PG-PAUD di Universitas Narotama (Unnar) Surabaya.(tok/rst)

Berita Terkait

Surabaya
Rabu, 27 November 2024
34o
Kurs