Mesir sedang mempersiapkan sebuah area di perbatasan Gaza yang dapat menampung warga Palestina jika serangan Israel ke Rafah mendorong eksodus melintasi perbatasan, sebagai langkah darurat Kairo.
Mesir juga telah berulang kali meningkatkan kewaspadaan atas kemungkinan serangan Israel ke Gaza dapat membuat warga Palestina mengungsi ke Sinai, Mesir, dan menggemakan peringatan dari negara-negara Arab seperti Yordania.
Amerika Serikat telah berulang kali mengatakan bahwa mereka akan menentang pemindahan warga Palestina dari Gaza.
Salah seorang sumber yang tidak ingin disebutkan namanya mengatakan, Mesir selalu mendorong kesepakatan untuk mencapai gencatan senjata. Namun, pihaknya tetap membangun area di perbatasan sebagai tindakan sementara dan berjaga-jaga.
Melansir Reuters pada Jumat (16/2/2024), Mesir telah mulai mempersiapkan area gurun dengan beberapa fasilitas dasar yang dapat digunakan untuk menampung warga Palestina sebagai langkah kontinjensi.
Israel mengatakan akan melancarkan serangan untuk merebut benteng pertahanan terakhir Hamas di Rafah, di mana lebih dari 1 juta warga Palestina mencari perlindungan dari serangan Gaza.
Israel mengatakan bahwa tentaranya sedang menyusun rencana untuk mengevakuasi warga sipil dari Rafah ke bagian lain Jalur Gaza.
Namun, Martin Griffiths Kepala Urusan Bantuan Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada hari Kamis (15/2/2024) mengatakan, tidak mungkin jika nantinya orang-orang di Gaza dapat mengungsi ke tempat yang aman. Dia memprediksi jika warga Palestina justru akan berpindah ke Mesir, apabila Israel meluncurkan operasi militer di Rafah.
Di sisi lain, Mesir juga menunjukkan penentangannya terhadap pemindahan warga Palestina dari Gaza karena adanya rasa takut terulangnya peristiwa “Nakba” pada tahun 1948, ketika sekitar 700.000 orang Palestina dihancurkan dan dipaksa keluar dari tanah airnya sendiri. Perang ini juga sebagai awal mula berdirinya negara Israel. (azw/iss)