Sabtu, 23 November 2024

Peneliti: Batuk Pasca-Infeksi Merupakan Kondisi yang Cukup Umum

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Ilustrasi - Seseorang mengalami batuk. Foto: Pexels Ilustrasi - Seseorang mengalami batuk. Foto: Pexels

Para peneliti mengatakan batuk pasca-infeksi atau batuk beberapa minggu setelah infeksi adalah kondisi yang cukup umum, yang memengaruhi sekitar sebelas hingga dua puluh lima persen orang dewasa setelah mengalami penyakit pernapasan.

Seperti dikutip Antara dari Medical Daily, Jumat (16/2/2024), batuk pasca-infeksi atau batuk pasca-viral adalah batuk subakut yang berlangsung antara tiga hingga delapan minggu.

“Infeksi sebelumnya memicu reaksi peradangan, meningkatkan sensitivitas bronkial dan produksi lendir sambil mengurangi pembersihan lendir,” kata para peneliti dari sebuah studi terbaru yang dipublikasikan dalam Canadian Medical Association Journal.

Sebuah batuk diklasifikasikan sebagai pasca-infeksi jika pasien mengalami infeksi pernapasan sebelumnya dan tidak ada temuan lain yang mencemaskan dalam pemeriksaan fisik, termasuk kondisi seperti asma, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), dan penyakit refluks gastroesofageal.

“Sebagian besar waktu batuk akan sembuh dengan sendirinya tanpa obat atau pengobatan apa pun, tetapi bisa berlangsung lebih lama dari yang Anda kira,” kata Kevin Liang seorang penulis studi dan dokter keluarga.

Para peneliti mengungkapkan bahwa studi telah menunjukkan kurangnya bukti jelas yang mendukung efektivitas kortikosteroid inhalasi, bronkodilator, dan obat oral dalam mengobati batuk pasca-infeksi.

Peneliti juga menjelaskan sebagian besar studi menunjukkan bahwa batuk cenderung sembuh dengan sendirinya tanpa obat. Selain fakta bahwa obat-obatan ini dapat memiliki efek samping dan memakan biaya, penggunaan inhaler juga melepaskan gas yang berkontribusi pada perubahan iklim.

Setiap batuk yang berlangsung lebih dari delapan minggu dianggap kronis dan memerlukan penilaian lebih lanjut untuk menyingkirkan kondisi seperti asma atau Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).

Hal itu juga menjadi perhatian ketika ada tanda-tanda seperti hemoptisis (batuk darah), gejala sistemik (seperti demam, menggigil, dan nyeri tubuh), kesulitan menelan, sesak napas, atau serak.

Dalam kasus-kasus tersebut, investigasi tambahan diperlukan, biasanya melibatkan radiografi dada. Individu dengan pneumonia berulang atau riwayat merokok yang berkepanjangan perlu mencari perhatian medis jika mereka mengalami batuk yang persisten.

“Menghibur pasien bahwa batuk pasca-infeksi bersifat terbatas waktu dan bisa sembuh sendiri dapat mengurangi resep yang tidak perlu, termasuk antibiotik. Klinikus harus menyarankan pasien untuk menjadwalkan janji temu tindak lanjut untuk pemeriksaan lebih lanjut jika batuk mereka tidak sembuh dalam 8 minggu atau jika muncul gejala baru,” tulis para peneliti. (ant/ike/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs