Sabtu, 23 November 2024

Hari Radio Sedunia, PRSSNI Ajak Radio Mengepakkan Sayap ke Digital

Laporan oleh Muhammad Syafaruddin
Bagikan
Hari Radio Sedunia atau World Radio Day diperingati setiap tahunnya pada tanggal 13 Februari. Foto: Shutterstock

Hari Radio Sedunia atau World Radio Day diperingati setiap tahunnya pada tanggal 13 Februari. Tujuannya menghormati sejarah dan peran penting yang dimainkan oleh radio dalam menyediakan informasi, hiburan, dan pendidikan kepada masyarakat di seluruh dunia.

Tahun 2024 merupakan peringatan Hari Radio Sedunia ke-13. Hari Radio Sedunia diinisiasi oleh negara-negara anggota organisasi internasional PBB yang membidangi pendidikan, pengetahuan, dan kebudayaan atau UNESCO.

Melansir dari laman resmi UNESCO, Hari Radio Sedunia tahun 2024 menyoroti masa lalu radio yang luar biasa, masa kini yang relevan, dan janji akan masa depan yang dinamis.

Untuk itu, pada peringatan World Radio Day ke-13 ini diusung tema “A century informing, entertaining and educating“.

Muhammad Rafiq Ketua Umum Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI) menyatakan bahwa persaingan dewasa ini tidak lagi sesama radio.

“Sekarang ini radio dan media penyiaran lain tidak lagi bersaing dengan sesama radio. Sekarang radio harus bersaing melawan platform digital raksasa yang datang dari luar negeri. Pesaing yang datang dari tempat yang tidak diduga,” kata Rafi dalam program Wawasan Radio Suara Surabaya, Selasa (13/2/2024).

Berbeda dengan radio atau media penyiaran yang diatur oleh regulasi dan diawali pelbagai instansi, platform digital dari luar negeri ini, menurut Rafiq, beroperasi di Indonesia tanpa regulasi sama sekali.

“Tak perlu izin, tak perlu disensor, bebas putar film, lagu, dan bebas putar iklan apa pun. Upaya kami di PRSSNI adalah mendorong pemerintah menyiapkan ring tinju yang fair, yang berimbang. Supaya bisa bersaing dengan adil dengan platform digital asing,” terangnya.

Rafiq menambahkan, salah satu tantangan yang dihadapi radio adalah pemasang iklan yang ingin data real time tentang berapa pemirsa yang mendengarkan ketika produknya diiklankan di radio tersebut

Oleh sebab itu, ia mendorong insan radio untuk merambah ke dunia digital. “Perubahan perilaku konsumen itu pasti. Itu dodorong oleh perkembangan teknologi dan ketersediaan mediumnya. Kita tidak bisa lagi mengandalkan radio transistor sebagai satu-satunya alat untuk siar,” jabarnya.

Menurutnya, dalam dunia digital itu manajemen pengelola radio bisa mendapatkan data real time, persis seperti yang dilakukan oleh pesaing yang datang dari luar negeri itu.

“Kami mendorong semua anggota untuk memanfaatkan teknologi, untuk bersiaran secara streaming. Sebab kita bisa menggunakan AI untuk mendapatkan big data, sehingga nantinya seluruh radio di Indonesia punya big data,” ujarnya.

Ia menyebut bahwa PRSSNI telah bekerja sama dengan tiga perusahaan yang menjalankan teknologi streaming.

“Kami mendorong anggota kami untuk hadir di tiga platform itu sehingga punya data pendengar radio yang real time dan komprehensif,” terangnya.

Saat ini dari sekitar 600 anggota PRSSNI, setidaknya sekitar 68 persen sudah melakukan siaran secara streaming. Namun masih dilakukan sendiri-sendiri. Oleh sebab itu Rafiq mendorong agar para anggotanya untuk streaming pada satu platform yang sama.

Menutup pembicaraan, Rafiq mengingatkan kepada masyarakat tentang berita hoaks yang bertebaran di media sosial. Hal itu disebut karena tidak ada regulasi yang mengatur.

Sementara media mainstream, termasuk radio, berperan untuk mengedukasi pemirsa untuk memberikan informasi akurat tentang sebuah fenomena atau peristiwa.

“Oleh sebab itu sejak 2013 UNESCO atas usulan Spanyol, mencanangkan Hari Radio Sedunia. Supaya radio bisa menjadi ujung tombak pembangunan manusia yang seutuhnya dan radio menjadi ujung tombak penegakan Piagam PBB,” pesan Rafiq. (saf)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
27o
Kurs