Jumat, 22 November 2024

Penyelenggara Unair Memanggil Sudah Ajukan Izin Tertulis, Penolakan Kampus Hanya Secara Lisan

Laporan oleh Meilita Elaine
Bagikan
Prof Hotman Siahaan Guru Besar Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unair saat memimpin pernyataan sikap demokrasi, Senin (5/2/2024). Foto: Meilita suarasurabaya.net Prof Hotman Siahaan Guru Besar Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unair saat memimpin pernyataan sikap demokrasi, Senin (5/2/2024). Foto: Meilita suarasurabaya.net

Penyelenggara Unair Memanggil, aksi pernyataan sikap 120 orang gabungan sivitas akademika, alumni, dan kolega sejawat kemarin, Senin (5/2/2024) membantah tidak izin pada kampus.

Mochammad Yunus salah satu penyelenggara, dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unair menyebut, pengajuan izin sudah dilayangkan ke Karnaji Direktur Logistik, Keamanan, Ketertiban, dan Lingkungan (Dir. LKKL) Universitas Airlangga, semalam sebelum aksi digelar.

“Malamnya (Minggu), langsung dikirim Pak Airlangga (dosen Unair) ke Pak Karnaji via japri,” katanya dihubungi suarasurabaya.net, Selasa (6/2/2024).

Yunus menyebut, izin pemakaian halaman depan Pascasarjana Unair itu ditolak secara lisan, diminta melaksanakan di luar kampus.

“Kami menyampaikan izin ada kegiatan Senin pernyataan sikap. Tertulis dan sudah disampaikan ke DLKKL-nya Pak Karnaji. Kita sampaikan via WhatsApp waktu itu. Pak Karnaji bilang, tidak diizinkan, kemudian disarankan di luar Unair. Pihak dari Unair membantu menyediakan tempat,” ujarnya lagi.

Akhirnya, aksi itu tetap digelar dengan alasan kebebasan akademik, dan tidak ada penolakan tertulis dari kampus.

“Cuma kami merasa aneh juga, ini sivitas akademika, mereaksi di kampus sendiri, kok dilarang memang tidak mewakili kampus, tapi kan sivitas akademika, bebernya lagi. Karena itu, kami tetep menyelenggarakan di situ, meski secara lisan Pak Karnaji melarang, tapi tidak ada jawaban tertulis, melarang hanya lisan. Kami tetap melakukan kegiatan, kan kami gerakan moral. Gak ada menuju arah partisan. Cuma dari kampus (responsnya) demikian,” terangnya.

Sementara soal lokasi pemilihan aksi, lanjutnya, karena depan Pascasarjana Unair bekas rektorat dan pernah dipakai aksi para guru besar menyatakan sikap 1998 lalu.

“Kami merasa sama pascasarjana gak ada hubungannya, kami cuma pakai halamannya. Kecuali, masuk ke dalam butuh izin yang punya rumah. Pascasarjana gak punya, hak ini area publik, bahkan Unair juga gak punya hak dalam rangka kebebasan akademik melarang kegiatan ini. Karena murni dari sivitas akademika Unair,” bebernya.

Ia menyayangkan aksinya sempat ditolak kampus, padahal aksi serupa lainnya, Sabda Unair yang dilakukan sekelompok mengatasnamakan Ksatria Muda Airlangga, dipimpin calon legislatif partai, terkesan tidak ditolak.

“Sabda Airlangga tidak ada larangan atau edraan untuk tidak usah memghadiri itu (yang dikirim) ke dosen-dosen. Sementara kegiatan kami, ada edarannya lewat WA berantai bahwa ini tidak mewakili institusi, diimbau tidak hadir. Saya sendiri dapat dari dekan saya. Sabda Airlangga yang datang bukan mahasiswa Unair, yang bicara tidak ada guru besar dan pejabat Unair. Yang bicara caleg Gerindra, tapi mengatasnamakan Unair. Dirilis dipromosikan humas Airlangga,” tuturnya.

Terlebih saat ada pernyataan dari manajemen Pascasarjana soal aksi tidak berizin, sekaligus pernyataan Prof Mohammad Nasih Rektor Unair yang juga melarang aksinya mengatasnamakan Unair.

“Kami juga gak bicara mendukung paslon mana-mana, cuma bicara soal ancaman demokrasi yang belakangan terjadi, kalau gak bersikap berarti kan mendukung. Ini geeakan moral mengingatkan pemerintah,” tambahnya.

Sebelumnya diberitakan, ada dua aksi pernyataan sikap dengan label Unair yang digelar kemarin.

120 orang terdiri dari sivitas akademika, alumni, hingga kolega sejawat Unair menyatakan sikap di depan halaman Pascasarjana Unair. Kemudian puluhan orang mengatasnamakan Ksatria Muda Airlangga menggelar aksi Sabda Unair di depak gedung Fakultas Ekonomi Bisnis (FEB) yang berjarak hanya sekitar 50 meter dengan waktu berselang sekira 15 menit dari agenda pertama.

Prof Nasih menyebut, keduanya tidak mengantongi izin, ia juga minta tidak ada kelompok akademisi manapun yang mengatasnamakan Unair untuk menyatakan sikap, atau mendukung paslon tertentu. Alasannya, kampus tidak boleh ikut serta berpolitik. Secara pribadi, lanjutnya boleh, asal tidak membawa nama kampus. (lta/iss)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
28o
Kurs