Debat kelima calon presiden (capres) yang diselenggarakan di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta Pusat, Minggu (2/4/2024) malam, menjadi penutup serangkaian Debat Pilpres 2024 yang total sudah diselenggarakan sebanyak lima kali.
Tapi, debat semalam dirasakan sebagian besar masyarakat dalam komentarnya baik di media sosial mupun program Wawasan Radio Suara Surabaya, Senin (5/2/2024), kurang greget, dan para capres disebut cari aman, saling setuju dan memuji.
Beberapa mengatakan, debat yang seharusnya bisa mempengaruhi masyarakat untuk menentukan pilihan itu, justru tidak nampak. Bahkan, antiklimaks.
Terkait hal ini, Titi Anggraeni Anggota Dewan Pembina Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) turut berkomentar. Menurutnya, para calon semalam terkesan menahan diri karena ingin menampilkan substansi ataupun cara berdebat yang lebih soft dibandingkan empat debat terdahulu.
“Bisa jadi ini dipengaruhi oleh refleksi atau evaluasi atas pelaksanaan empat debat terdahulu. Masyarakat kita harus diakui belum sepenuhnya terbiasa dengan debat yang betul-betul mendalam dan to the point, serta terbuka ya dalam menyampaikan perbedaan pendapat, menggali serta mengekspresikan perbedaan pendapat, itu harus diakui,” ujar Titi dalam program Wawasan Suara Surabaya, Senin.
Selain itu, lanjut Titi ada faktor lain yang menyebabkan debat semalam dinilai lebih soft, karena masing-masing Capres bisa saja dilema soal perolehan suara.
Peneliti Perludem itu menjelaskan, untuk menang masing-masing paslon memerlukan 50 persen plus 1, ditambah dengan 50 persen plus 1. Serta, ada syarat sebaran perolehan suara maksimal 20 persen minimal setengah lebih provinsi Indonesia.
“Jadi dengan pertimbangan itu, sepertinya memaksa para calon untuk menahan diri. Menahan diri untuk tidak emosi, menahan diri untuk kemudian tidak terlalu menyerang,” bebernya.
Dia menjabarkan, pada debat semalam, Ganjar Pranowo capres nomor urut 3 terlihat sangat berusaha tetap berada pada posisinya mengusung tema besar hukum.
Mantan Gubernur Jawa Tengah itu dinilai konsisten menyuarakan soal penegakan hukum, dan kepedulian pada isu demokrasi dengan mengangkat soal aspirasi para sivitas akademika kampus belakangan.
Sementara yang di luar ekspektasi, menurut Titi, yakni Anies Baswedan capres nomor urut 1. Titi mengatakan, Anies yang pada debat sebelum-sebelumnya sangat ofensif kepada Prabowo Subianto capres nomor urut 2, terlihat jelas sangat soft pada debat kelima tadi malam.
“Jadi terlihat sekali mereka tidak mau berada dalam lingkup kontroversi, walaupun Ganjar agak lebih berani dibandingkan Anies Baswedan dan Prabowo ya. Anies dan Prabowo ini mungkin karena biasa dihadapkan head to head (semalam) ingin lebih menetralisir dan tidak terlihat seperti berhadapan-hadapan,” ucapnya.
Menurut analisa Perludem, kata Titi, masing-masing capres ingin meredam tensi dan berkonsentrasi dalam sisa waktu di kampanye akbar, dengan menggalang massa, turun ke basis tanpa menimbulkan kontroversi.
“Jadi mereka ingin menegaskan posisi saja tanpa harus kemudian dalam tanda kutip ‘membantai satu sama lain’. Dan ini menjadi momen reflektif yang nampaknya mereka ingin diingat lebih pada posisi politik, Anies sebagai pengusung perubahan, Prabowo lewat transformasi, dan ganjar dengan tiga pilar visi yang dia ingin usung,” pungkasnya. (bil/ham)