Sabtu, 23 November 2024

Sejumlah Tokoh NU dan Muhammadiyah Jatim Disebut Mulai Merapat ke Prabowo-Gibran

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Tokoh NU dan Muhammadiyah Jatim Disebut Mulai Merapat ke Prabowo-Gibran Biyanto Sekretaris PW Muhammadiyah Jatim dan Miftah Wakil Sekretaris PCNU Surabaya waktu berada di kantor Tim Kampanye Daerah (TKD) Prabowo-Gibran Jatim. Foto: Dok. TKD Jatim.

Sejumlah tokoh Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah di Jawa Timur (Jatim) disebut mulai merapatkan dukungan ke Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka Calon Presiden dan Wakil Presiden (Capres-Cawapres) nomor urut 02.

Profesor Biyanto Sekretaris PW Muhammadiyah Jatim menyatakan banyak tokoh muda Muhammadiyah yang merapat di barisan Prabowo-Gibran. Seperti Daniel Simanjuntak mantan Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah; Anthony, Najih, dan Zulfikar struktural Umum PP Pemuda Muhammadiyah.

“Masih banyak lagi tokoh Muhammadiyah yang menempati di barisan Paslon 02,” kata Biyanto saat bincang santai di studio Podcast Wes Wayahe, Rumah Asprasi Tim Kampanye Daerah (TKD) Prabowo-Gibran Jatim, di Jalan Diponegoro, Surabaya, Jumat (2/2/2024).

Menurut Biyanto, merapatnya sejumlah tokoh Muhammadiyah itu karena ada sinkronisasi dengan misi Prabowo-Gibran di bidang pendidikan, ekonomi, dan sosial.

Sekretaris PW Muhammadiyah itu juga menyebut, survei poltracking membeberkan bahwa warga Muhammadiyah yang ada di barisan Paslon Prabowo-Gibran mencapai 42 persen.

Kata Biyanto, karakter pemilih Muhammadiyah itu suaranya otonom, mandiri, dan tidak tergantung elit. Kondisi itu membuat Muhammadiyah, terjaga menjadi circle society.

“Di Muhammadiyah, memilih pemimpin itu memakai kriteria dan cukup memakai isyarat. Cenderung logika dan kecerdasan akal,” katanya.

“Karakter dasar suara Muhammadiyah sulit dimobilisasi. Tidak ada gus, tapi yang ada hanya gaes. Semua pribadi memiliki otoritas. Jika ingin dukungan maksimal, harus benar-benar beririsan dengan program Muhammadiyah,” imbuh Biyanto.

Sementara itu, Gus Miftah Wakil Sekretaris PCNU Surabaya yang juga mengisi acara bincang-bincang di TKD Jatim itu dengan gamblang mengatakan tradisi warga Nahdliyin adalah nderek kiai (ikut kiai).

“Tradisi NU itu tawadhu kepada kiai panutannya,” ujarnya.

Diketahui, sejumlah kiai dan tokoh NU di Jatim telah menyatakan dukungan ke Prabowo-Gibran. Terbaru KH KH Agoes Ali Masyhuri atau Gus Ali Pengasuh Ponpes Bumi Sholawat, Sidoarjo menyatakan dukungan, pada Kamis (1/2/2024) kemarin.

Namun secara organisasi, lanjut Gus Miftah, struktural pengurus NU tidak boleh terlibat di politik praktis. “Uniknya di NU, para tokoh itu seolah terpaksa terlibat secara pribadi dalam dukungan. Karena pasti tokoh NU itu dituakan atau jadi panutan di wilayah masing-masing,” ujarnya.

“Otomatis terlibat di model Pemilu langsung ini yang one man one vote. Itulah sebabnya warga NU pasti masih tanya ke tokoh tadi, harus ke mana, setelah itu mereka mengikuti panutannya tadi,” imbuhnya.

Gus Miftah menyebut, sejumlah toloh NU yang menyatakan dukungan secara pribadi dan diperbolehkan seperti Gus Ipul Sekjen PBNU lalu diikuti Khofifah Indar Parawnsa Ketum PP Muslimat NU

“Jika pribadinya, diperbolehkan. Lalu diikuti massa pendukungnya. Termasuk Khofifah, yang masuk TKN, sehingga PBNU menonaktifkannya,” ujarnya.

Sementara itu Fahrul Muzakki Pengamat Politik Universitas Airlangga menyebut jika pengikut NU di Indonesia telah mencapai 59,5 persen dari asumsi 270 juta total jumlah penduduk Indonesia maka warga NU saja berkisar 159 juta.

Fahrul menyebut suara NU di Jatim diperkirakan tembus 13 juta ke Prabowo-Gibran dengan perhitungan daftar pemilih tetap (DPT) Jatim mencapai 31 juta.

Sedangkan dalam survei sekitar 42 persen warga NU di barisan Prabowo. “Artinya bisa tembus 13 juta pemilih NU ke Prabowo,” katanya.

Fahrul, melihat di momentum elektoral ini ada hubungan mutualisme Prabowo-Gibran dengan NU dan Muhammadiyah.

“Gelombang besarnya di Paslon 02. Bahkan ada yang menyebut survei Prabowo tembus 55-60 persen untuk Jatim saja,” ujarnya. (wld/bil/iss)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
27o
Kurs