Sabtu, 23 November 2024

Kepedulian Pemuda Surabaya untuk Korban Bencana Lombok di CFD

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Sejumlah kelompok pemuda menggalang dana untuk korban gempa bumi Lombok, NTB, Minggu (12/8/2018). Foto: Denza suarasurabaya.net

Sejumlah kelompok pemuda memanfaatkan car free day (CFD) Taman Bungkul, Jalan Raya Darmo, sebagai tempat menggalang dana untuk korban gempa bumi Lombok, NTB, Minggu (12/8/2018).

Sebagian di antara mereka mahasiswa. Ada pula para pemuda yang berasal dari berbagai komunitas pecinta alam. Semangat mereka sama: meringankan beban korban bencana Lombok.

Fadhila Asyam Al Hammad, salah seorang mahasiswa yang bersama kawan-kawannya menggalang dana di CFD Taman Bungkul mengatakan, beberapa forum mahasiswa terlibat dalam kegiatan pagi itu.

“Ya, kami gabungan dari beberapa forum pelajar dan mahasiswa di Surabaya,” ujarnya ketika ditemui suarasurabaya.net di Taman Bungkul, Minggu pagi.

Beberapa forum pelajar itu di antaranya Nice Student Community (NISCO), Bounty Hunter Indonesia, Balon Surabaya, Forum Anak Surabaya, serta Forum Komunikasi Mahasiswa Politeknik Seluruh Indonesia (FKMPSI) Wilayah Jatim.

Setidaknya, kata pemuda yang biasa dipanggil Sam, ada kurang lebih 20 orang pelajar dan mahasiswa yang mewakili forum masing-masing mengikuti kegiatan itu.

Pagi ini, mereka telah mengumpulkan Rp433 ribu dana dari pengunjung CFD Taman Bungkul yang akan mereka rupakan menjadi barang untuk korban gempa bumi Lombok.

“Kami sepakat, dana ini akan kami rupakan selimut, lalu kami serahkan ke Posko Peduli Bencana Lombok yang dibuka Pemkot Surabaya di halaman Balai Kota,” ujarnya.

Kegiatan penggalangan dana ini, kata Sam, baru kali ini dilakukan bersama-sama oleh sejumlah forum pelajar di Surabaya. Sebelumnya, masing-masing forum telah melakukan penggalangan dana di daerah lain.

“FKPMI ini ada di semua wilayah di Jatim. Kemarin ada di Madiun dan Malang, juga di Sampang. Sama, di daerah lain juga memanfaatkan CFD,” katanya.

Dia memastikan, forum atau komunitasnya tidak melakukan penggalangan dana di jalan raya. Selain berbahaya, kegiatan itu bisa mengganggu kelancaran lalu lintas.

Hal yang sama dilakukan para pemuda dari sejumlah komunitas pecinta alam Surabaya-Sidoarjo. Afnan salah satu anggota kelompok ini mengatakan, kegiatan ini dilakukan sejak pekan lalu.

“Di CFD saja. Baru minggu kemarin. Soalnya kalau di jalan-jalan tidak boleh sama polisi. Harus ada izinnya dan segala macam syarat lain. Selain itu bisa mengganggu lalu lintas,” katanya.

Dia bersama rekan-rekannya yang lain dipertemukan dalam akun Instagram @pendakigincu. Mereka lantas bersepakat untuk melakukan penggalangan dana bersama di CFD Taman Bungkul.

“Sebagian besar dari Surabaya Sidoarjo, sih. Tapi juga dari daerah lain. Kalau yang ikut sekarang kebanyakan kerja atau kuliah di Surabaya atau di Sidoarjo,” ujarnya.

Mereka menerima pakaian bekas dan uang untuk korban bencana di Lombok. Tidak hanya dengan cara offline, mereka juga membuka donasi melalui rekening bank, bahkan menerima sumbangan berupa pulsa seluler.

“Ya, kemarin ada teman yang membuka sumbangan berupa pulsa. Ini bisa kemudian dirupiahkan dan disumbangkan ke korban gempa bumi Lombok,” katanya.

Afnan mengatakan, sebagian dari kawan-kawan mereka juga sudah berada di lokasi bencana. Mereka berangkat mandiri untuk menjadi relawan dan menyalurkan bantuan dari berbagai rekannya di daerah lain.

Berkaitan dengan maraknya aksi peduli bencana oleh kelompok-kelompok masyarakat ini, Soekarwo Gubernur Jawa Timur mengimbau agar penggalangan dana tidak dilakukan dengan turun ke jalan raya.

Untuk itu dia mengaku sudah berkoordinasi dengan Irjen Pol Machfud Arifin Kapolda Jatim untuk melakukan penertiban. Dia menyarankan, penggalangan dana agae disalurkan melalui rekening bank.

Pria yang akrab disapa Pakde Karwo ini mengingatkan, penggalangan dana di jalan-jalan sulit terkontrol pendistribusiannya. “Kontrolnya kan sulit. Disampaikan (ke korban) atau tidak?” Ujarnya.

Meski beberapa lembaga di bawah Pemprov Jatim membuka donasi berupa bahan makanan dan uang, Pakde Karwo mengatakan, pengiriman barang bantuan ke Lombok cukup memakan waktu dan biaya.

Pemprov Jatim sampai saat ini tidak membuka posko khusus untuk penyaluran bantuan untuk korban gempa bumi Lombok. Dia justru mendorong partisipasi dari masyarakat.

“Kami mendorong semuanya, termasuk media-media, supaya lebih terkontrol (bantuannya), daripada yang membuka Pemprov Jatim. Ini, kan, kami mendorong partisipasi masyarakat,” ujarnya.

Sebagaimana diketahui, gempa bumi di Lombok pada 29 Juli lalu disusul gempa berskala lebih besar pada 5 Agustus lalu menjadi keprihatinan warga lain di Indonesia.

Akibat bencana itu, banyak warga yang rumahnya terdampak, serta tidak sedikit yang meninggal dan mengalami luka-luka.(den/iss)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
33o
Kurs