Tiga juru bicara dari masing-masing pasangan calon (paslon) presiden dan wakil presiden saling menanggapi hasil cek fakta tim kolaborasi Suara Surabaya dalam nonton bareng (nobar) debat keempat Pilpres 2024 di Suara Surabaya Centre Jalan Raya Darmo Golf 22-24, Minggu (21/1/2024) malam.
Ada tiga hasil cek fakta yang digulirkan usai tayangan langsung debat cawapres di Jakarta Convention Center berakhir.
Mulai dari pernyataan Muhaimin Iskandar cawapres nomor urut 1 soal anggaran krisis iklim di Indonesia jauh di bawah sektor lain.
Kemudian pernyataan Gibran Rakabuming Raka cawapres nomor urut 2 soal dana desa terbukti menurunkan angka desa tertinggal, juga food estate yang dinilai gagal oleh Mahfud MD cawapres nomor urut 3.
Dua pernyataan pertama yang juga benar berdasarkan hasil cek fakta, disetujui oleh semua tim paslon.
Namun, soal food estate gagal, tanggapan yang muncul dari masing-masing tim paslon berbeda.
Ahmad Hidayat Juru Bicara Tim Pemenangan Daerah Ganjar-Mahfud Jatim semakin yakin pernyataan Mahfud MD itu punya tingkat akurasi tinggi, terbukti saat dicek faktanya.
“Dari beberapa statement dari Prof Mahfud, akurasinya tinggi sekali, sesuai hasil cek fakta di situ. Kita tahu pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud punya basis data lengkap, pengalaman kelola suatu daerah,” bebernya.
Meski tak ikut menyetujui pernyataan Mahfud MD, tapi Reni Astuti Jubir Timprov Pemenangan Anies-Muhaimin Jatim menyebut food estate tidak boleh gagal.
“Ini solusi kebutuhan pangan. Kalau gagal, yang terjadi kerusakan lingkungan. Penelitian begitu,” tegasnya.
Sementara Ali Affandi Jubir Tim Kampanye Daerah Prabowo-Gibran Jatim mengibaratkan food estate sebuah eksperimen yang punya risiko.
“Kalau misal gagal, tadi pasangan Prabowo-Gibran menyampaikan ada yang berhasil menang risiko eksperimen cepat lambat harus berproses. Kalau tidak dimulai sekarang, kapan lagi. Kalau tidak punya kedualatan rakyat, impor terus, akan kembali krisis pangan. Jadi food estate akan dilanjutkan dengan berbagai modifikasi keterbatasan lahan, hasilkan program lebih bagus dengan meminimalisir kerusakan,” tandasnya.
Diketahui, hasil cek fakta yang digulirkan untuk ditanggapi tadi terdiri dari berikut:
Adhitya Adhyaksa Direktorat Informasi dan Data Auriga Nusantara menyebutkan, menurut data World Bank, kebutuhan rerata tahunan dalam penanganan krisis iklim Indonesia mencapai 266,3 triliun per tahun sampai dengan tahun 2030. Sementara APBN bagi pendanaan iklim berkisar 37,9 triliun per tahun dalam rentang 2020-2022. Ada gap 86 persen antara kebutuhan dan penganggaran.
Masitoh Nur Rohma dosen Hubungan Internasional Universitas Islam Indonesia, berdasarkan data BPS (2021), jumlah desa tertinggal mengalami penurunan sebanyak 20.432 pada 2014 menjadi 13.232 pada 2018.
Program Dana Desa sebagai sebuah kebijakan pemberdayaan masyarakat telah dilaksanakan sejak tahun 2015 melalui Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014.
Afni Regita Cahyani Muis dosen Hubungan Internasional Universitas Darussalam Gontor menyatakan, food estate dianggap menjadi pemicu permasalahan baru terhadap terjadinya kerusakan lingkungan di Indonesia.
Hal ini didasari dari studi lapangan Greenpeace yang menyatakan adanya kondisi mengerikan di berbagai lokasi ekspansi lumbung pangan yang justru mengakibatkan kerusakan hutan, lahan gambut, dan wilayah adat di Kalimantan dan Papua. (ita/saf/ham)