Jumat, 22 November 2024

Ini Beda Banjir dan Genangan di Surabaya Menurut Eri Cahyadi

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Eri Cahyadi Wali Kota Surabaya dalam talkshow Semanggi Suroboyo di Radio Suara Surabaya dengan topik Merawat Kota Surabaya, Jumat pagi (12/1/2024). Foto: Chandra suarasurabaya.net Eri Cahyadi Wali Kota Surabaya dalam talkshow Semanggi Suroboyo di Radio Suara Surabaya dengan topik Merawat Kota Surabaya, Jumat pagi (12/1/2024). Foto: Chandra suarasurabaya.net

Eri Cahyadi Wali Kota Surabaya menjelaskan perbedaan istilah banjir dan genangan untuk  limpahan air hujan yang terjadi pasca-hujan.

“Banjir beda dengan genangan. Kalau banjir bertahan 1 x 24 jam. Kalau genangan, setinggi apa pun, surut dalam 15 menit maksimal,” ujarnya dalam talkshow Semanggi Suroboyo di Radio Suara Surabaya dengan topik Merawat Kota Surabaya, Jumat (12/1/2024) pagi.

Dia melanjutkan, genangan terjadi karena sungai tidak bisa menampung curahan air hujan. Hal ini disebabkan permukaan air laut yang lebih tinggi dari permukaan tanah di Kota Surabaya.

“Tinggi genangan di Surabaya tidak mungkin sampai satu meter kalau tidak ada masalah saluran,” kata Eri.

Seperti yang terjadi di Dukuh Kupang, dalam video yang viral di media sosial tampak ketinggian air antara leher sampai lutut orang dewasa. Banjir ini sudah terjadi sejak dulu, bukan baru-baru ini.

Hal ini, kata Eri, karena dalam pembangunan kompleks perumahan berpuluh tahun lalu, saluran airnya (boezem) tidak dibangun. Area yang harusnya untuk saluran air, malah digunakan untuk pondasi lantai dua.

Setelah mendapat penjelasan, warga di jalan tersebut dengan besar hati membuat surat pernyataan akan membongkar bangunan untuk saluran air.

“Saya terenyuh sampai mbrebes mili (menangis, red). Orang Dukuh Kupang, orang Surabaya, memiliki pergerakan hati untuk menyelesaikan banjir. Saya langsung bilang ke Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga untuk dibangunkan saluran,” ujar dia.

Eri memaparkan data Dinas PU Bina Marga saat dia pertama menjabat sebagai wali kota, ada 451 titik genangan di Kota Surabaya. Sekarang, dalam dua tahun berkurang hingga tinggal 250 titik.

Pembangunan box culvert tahun ini terus lanjut sampai perbatasan dengan Gresik. Demikian pula dengan pembangunan saluran primer.

“Targetnya tahun 2027 sudah tidak ada banjir. Butuh uang 3,5 triliun saluran primer karena ketinggian permukaan laut lebih tinggi, butuh pompa,” tuturnya.

Besarnya kebutuhan dana untuk pengendalian banjir membuat ASN Pemkot Surabaya dituntut mengembangkan kreativitas dalam menjalankan tupoksinya agar anggaran bisa diarahkan ke penanganan banjir. Seperti perpustakaan di Balai RW tidak harus membeli buku fisik, tapi bisa mengundang pendongeng untuk membacakan buku digital.

“Masyarakat harus tahu ada skala prioritas untuk anggaran pemkot. Kami selesaikan banjir, tapi jangan lupa ada anggaran untuk menuntaskan kemiskinan dan prioritas pendidikan,” kata Eri.

Perlu diketahui, Pemerintah Kota Surabaya mengalokasikan anggaran sebesar Rp700 miliar untuk menangani banjir di tahun 2024. Selain perbaikan saluran, mantan Kepala Bappeko Pemkot itu menyebut penyelesaian banjir di Surabaya juga ditunjang dengan pembangunan rumah pompa.(iss/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
31o
Kurs