Jumat, 22 November 2024

Pemadam Kebakaran Surabaya Petakan Wilayah Padat Penduduk untuk Tekan Risiko

Laporan oleh Meilita Elaine
Bagikan
Petugas pemadam kebakaran Kota Surabaya sedang melakukan pemadaman api yang membakar gudang di Jalan Jepara, Surabaya, Senin (1/1/2024). Foto: Command Centre Surabaya.

Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (DPKP) Kota Surabaya memetakan wilayah padat penduduk untuk menekan risiko kebakaran di pemukiman warga.

Laksita Rini Sevriani Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (DPKP) Kota Surabaya mengatakan, sepanjang 2023 tercatat 793 kasus kebakaran telah ditangani.

Rinciannya, 121 penanganan kebakaran berasal dari bangunan, mulai perumahan, industri, umum, dan perdagangan. 18 penanganan kebakaran lainnya berasal dari kendaraan, serta 654 berasal dari non bangunan atau ruang terbuka seperti kebakaran alang-alang dan sampah.

Rini menyebut, kasus kebakaran didominasi non pemukiman, yaitu fenomena El-Nino, dimana bencana kebakaran terjadi di lahan terbuka.

“Dalam hal ini sosialisasi dan mitigasi terus dilakukan melalui rayon dan pos. Kami juga menyediakan kunjungan bagi wisata pemadam kebakaran cilik (Wisdamcil) bagi Paud dan TK. Serta memberikan pelatihan mitigasi kepada guru Paud,” kara Laksita Rini lewat keterangan pers, Rabu (10/1/2024).

Laksita Rini melanjutkan, respons time tujuh menit yang diterapkan DPKP Surabaya bertujuan meminimalisir korban dan kerugian.

“Respon time 7 menit, kita sudah berada di lokasi. Jadi peran warga dalam 3 menit awal sangat diperlukan,” ujar dia.

Sementara pemetaan, untuk mengatur jarak antara proses pemadaman kebakaran dengan rumah warga. Jika lebih dari 200 meter dengan jalan utama, maka DPKP Surabaya berencana membuat hidran kering di tahun 2024, serta menambah sumur dan pos pemadam di Kecamatan Margorejo dan Kecamatan Lontar Kota Surabaya.

Selanjutnya, DPKP Surabaya juga berpatroli untuk menemukan spot atau titik lokasi yang berpotensi menimbulkan bencana kebakaran.

“Jadi yang jalannya sempit, kita membutuhkan selang yang panjang, maka membutuhkan waktu yang juga panjang. Itu dapat menimbulkan korban jiwa sehingga kita usulkan akan membuat hidran kering. Dengan adanya hidran kering di lokasi itu maka akan memudahkan pemadaman,” terangnya.

DPKP Surabaya juga melibatkan Kader Madagaskar (Masyarakat dan Keluarga Siaga Kebakaran) dalam mengantisipasi dan menangani kebakaran di permukiman tiga menit pertama.

“Kader Madagaskar adalah yang paling terdekat yang selama ini sudah kita lakukan pengembangan kapasitasnya,” ujarnya.

Dalam beberapa kasus, lanjutnya, kebakaran yang terjadi di pemukiman berasal dari kelalaian masyarakat, misalnya korsleting listrik.

“Misal bencana kebakaran di rumah adalah kebiasaan setelah mengisi daya handphone, charger tidak dilepas saat di rumah. Lalu kipas angin yang dibiarkan menyala terus, atau gas elpiji yang tidak di cek kembali,” tandasnya. (lta/iss)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
32o
Kurs