Kinerja ekspor UMKM Jawa Timur (Jatim) diprediksi bakal meningkat seiring dengan merambahnya desa devisa yang mencapai 149 desa sepanjang 2023.
Program desa devisa yang digaungkan untuk mengembakan potensi komoditas daerah setempat ini diharapkan bisa menggenjot kinerja ekspor UMKM Jatim.
Untuk itu Khofifah Indar Parawansa Gubernur Jatim terus mengembangkan Program Desa Devisa bekerja sama dengan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) dan Desa Pendulum Devisa yang bekerja sama dengan Bank Jatim.
“Desa devisa kita terbanyak nasional. Program desa devisa menjadi salah satu upaya untuk memaksimalkan ekspor komoditas unggulan Jatim,” ucap Khofifah dalam keterangan yang diterima pada Senin (8/1/2024).
Jumlah desa devisa Jatim juga diklaim mendominasi secara nasional, yakni 25 persen daro total 613 desa devisa se Indonesia pada 2023.
Selama ini desa devisa Jatim telah berkontribusi mendorong ekspor komoditas semacam Kopi Bondowoso, Daun Kelor Sumenep, Kendang Jimbe Blitar hingga Udang Vaname Situbondo dan Rumput Laut Sidoarjo.
Khofifah menjelaskan, pelaku usaha yang tergabung dalam Program Desa Devisa maupun Desa Pendulum Devisa mendapatkan pembinaan intensif.
Pembinaan itu supaya pelaku usaha bisa meningkatkan kualitas produk, mengatur manajemen keuangan, hingga mendapat ilmu pemasaran serta fasilitasi pembiayaan ekspor.
Khofifah menuturkan, program ini terbentuk karena ada sinergitas antara Pemprov Jatim, Pemkab/Pemkot, LPEI, Bank Jatim serta pelaku usaha.
“Dengan jumlah desa devisa yang dimiliki Jatim ini, saya optimistis akan menjadi pendongkrak kinerja ekspor kita,” ungkapnya.
Indeks nilai ekspor non-migas atau komoditas alam di Jatim pada November 2023 tercatat meningkat 1,36 persen atau 2,02 miliar Dolar Amerika Serikat (AS) secara month-to-month (mtm) dibanding periode Oktober 2023.
“Bahkan Jatim merupakan penyumbang nilai ekspor sebesar 8,6 persen dari total nilai ekspor nasional,” jelas Khofifah. (wld/saf/ipg)