Belasan pasien dengan sakit berat yang dirawat di RSUD dr. Soetomo Surabaya menunjukkan hasil positif Covid-19 saat diskrining.
Dokter Mouli Edward Kepala Bidang Pelayanan Medis (Yanmed) RSUD Dr. Soetomo Surabaya menyebut, skrining penyakit menular itu penting dilakukan terutama bagi pasien kondisi berat yang mengharuskan tindakan pakai alat tertentu.
“Kalau Covid-19 kita naik. Sekarang gak ada skrining Covid-19, yang kita skrining pasien yang jelek (berat), memerlukan tindakan maka harus declare, skrining. Apakah menular atau tidak. Skrining itu menunjukkan penyakit menular atau tidak,” papar dr. Mouli sapaan akrabnya, Jumat (29/12/2023).
Selain karena prosedur alat tertentu agar bisa digunakan lagi, lanjut Mouli, skrining juga untuk memisahkan antara pasien kondisi berat dengan penyakit menular dan tidak.
“Alat yang dipakai untuk tindakan itu harus dilakukan suatu tindakan, biar bisa dipakai lainnya. Itu prosedur. Umumnya, mereka yang positif Covid-19 adalah pasien yang punya penyakit utama berat. Umumnya yang butuh kemo, cuci darah rutin, kondisi jelek (berat) yang mau kita tindakan itu,” bebernya.
Sementara ini, total 16 hingga 18 pasien yang terdeteksi positif Covid-19 dirawat dengan usia tua.
“Pasien penyakit berat ini, pasti ada ruang tertentu, spesifik. Jadi kita pilah pasien berat diskrining jadi dikumpulkan. Kami RS yang punya IGD penyakit menular. Pasien yang dicurigai itu, kita akan perlakukan seperti penyakit menular,” terangnya.
Ia meminta masyarakat tak khawatir karena pemerintah sudah mencabut status pandemi di Indonesia, tapi lonjakan kasus yang belakangan terjadi juga tidak boleh diabaikan.
RSUD dr. Soetomo menyiapkan 30 bed atau tempat tidur untuk antisipasi adanya lonjakan pasien dengan penyakit menular lewat napas usai libur Natal dan Tahun Baru.
“Perkiraan kita peek-nya Januari, kita sudah siapkan 30 bed. Tidak hanya Covid-19, yang harus jadi perhatian ini TBC,” ujarnya.
Selain Covid-19, jumlah pasien TBC juga meningkat. Pergerakan ini menurut Mouli muncul pascaCovid-19 mereda.
“Di UGD ada empat pasiean, di RIK tiga penuh pasien TBC semua,” katanya.
Sementara untuk Monkeypox, pasien yang sempat dicurigai menunjukkan gejala ternyata tidak positif.
“Monkeypox kemarin ada kecurigaaan (Monkeypox) tapi ternyata declare, diagnostiknya ternyata bukan. Gejalanya mirip sekali, cacar air yang kondisinya buruk,” tandasnya. (lta/ipg)