Demi mengikuti kegiatan belajar mengajar, para siswa harus menerobos banjir yang menggenang hingga empat hari di Jalan Mawar Dusun Sambirono Wetan, Desa Sidodadi, Kabupaten Sidoarjo, Senin (18/12/2023) pagi.
Supaya menjamin keamanan, para guru mengimbau wali murid supaya mengantar anaknya berangkat sekolah. Namun, juga tidak sedikit siswa-siswi yang berangkat sendiri menerobos banjir dengan mengayuh sepeda dan berjalan kaki.
Zulaikah Kepala Sekolah SDN 1 Sidodadi Sidoarjo menuturkan, masalah genangan banjir kerap mengganggu aktivitas para siswa dan guru di wilayah tersebut.
“Bahkan sudah terjadi (Sabtu kemarin) ada anak yang terjatuh, lukanya sobek, lalu nginjak beling (pecahan kaca). Itu yang saya tidak suka,” kata Zulaikah waktu ditemui di sekolah.
Untuk diketahui, genangan air di Jalan Mawar, Dusun Sambirono Wetan itu terjadi sejak Jumat (15/12/2023) lalu, akibat hujan intensitas sedang hingga hari ini.
Sejumlah warga termasuk Zulaikah mengaku bahwa masalah genangan banjir ini sudah terjadi sejak belasan tahun lalu. Namun belum ada upaya konkret dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sidoarjo untuk menuntaskannya.
Ketika banjir mulai menggenang pada Jumat kemarin, Zulaikah sudah meminta kepada pemerintah desa supaya dikoordinasikan dengan pihak dinas terkait agar dilakukan upaya mengurangi genangan air.
“Dari kemarin saya sudah minta. Tapi sampai sekarang ya genangannya masih ada,” imbuhnya.
Meski begitu, Kepala Sekolah SDN Sidodadi I ini menyebut bahwa para siswa-siswi tetap semangat mengikuti pembelajaran. “Pembelajaran tidak boleh berhenti, makanya kami imbau agar orangtua mengantr anaknya sekolah,” tutur Zulaikah.
Zulaikah berharap supaya Pemkab Sidoarjo segera melakukan perbaikan jalan dan pembersihan sungai supaya aliran air tidak terhambat.
Sementara itu Dwi Eko Saptono Kepala Dinas PUBM SDA menuturkan bahwa sudah ada rancangan untuk melakukan betonisasi dan perbaikan saluran di kawasan Desa Sidodadi yang wilayahnya tergenang banjir, pada 2024 mendatang.
Ia berharap kepada warga permukiman, perumahan, dan pengembang bisa saling bersinergi untuk melakukan perubahan tata guna lahan.
“Kami tidak bisa sendiri kalau tidak dibantu masyarakat maupun pengembang untuk menata drainase,” tutur Eko. (wld/and/bil/ham)