Dalam era yang didominasi oleh belanja online, digitalisasi adalah keniscayaan. Oleh karena itu, Pemerintah Kota Surabaya (Pemkot) Surabaya meminta pedagang toko offline menyesuaikan perkembangan teknologi.
Agar terus bertahan, Eri Cahyadi Wali Kota Surabaya menyebut, pelaku pasar tradisional, pusat belanja di mal, serta toko grosir mau tidak mau harus mengikuti zaman.
Rencananya, pemkot akan membantu mencarikan solusi, dengan melatih para pedagang memanfaatkan gadget dan media sosial atau online shop. Tujuannya tentu saja agar mampu berdaya saing dan mengimbangi market online.
Walau begitu, pasar-pasar tradisional dalam naungan Perusahaan Daerah (PD) Pasar Surya sudah melakukan edukasi digitalisasi, meskipun tidak langsung dan resmi.
“Pedagang yang jago (jualan online) kita kumpulin, untuk menjelaskan ke pedagang lainnya,” kata Agus Priyo Direktur Utama PD Pasar Surya dalam diskusi “Pasar Tradisional di Tengah Badai Belanja Online” Semanggi Suroboyo di Radio Suara Surabaya FM 100, Jumat (15/12/2023).
Menurutnya, sebagian pedagang di pasar tradisional PD Pasar Surya sudah melek teknologi. Hanya saja masih belum bisa mengoptimalkan untuk berjualan.
Karena itu, pihaknya bergerilya melakukan edukasi pada para pedagang untuk juga merambah ke ranah online untuk jualan. Meski pun, edukasi itu tidak berjalan secara resmi.
Sekadar diketahui, PD Pasar Surya membawahi 67 pasar tradisional yang terbagi dalam tiga cabang. Yaitu cabang selatan di Pasar Wonokromo, cabang timur di Pasar Pucang, dan cabang utara di Pasar Babaan.
Sementara itu, juga ada pasar tradisional di bawah naungan Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah dan Perdagangan yang secara rutin melakukan pembelajaran online shopping. Pasar Turi salah satunya.
“Kami bekerja sama dengan pihak pengelola Pasar Turi untuk melakukan pelatihan,” kata Moch Awaludin Arief Sekretaris Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah dan Perdagangan.
Setiap pekan, para pedagang di sana melakukan pelatihan berjualan online dan strategi live shopping. Bahkan, lanjut Awaludin, pihaknya menyediakan studio untuk jualan online.
Studio tersebut digunakan secara bergantian oleh para pedagang, sembari mereka juga berjualan di stand masing-masing. Awaludin menambahkan, situasi pasar sepi bukan berarti jualan berhenti.
“Kalau istilah sekarang, hybrid gitu mungkin ya,” kata Agus.
Waktu berselang, telepon berdering. Beberapa pendengar ikut dalam diskusi dan menyampaikan beberapa saran. Seperti pelayanan dan packaging yang bagus untuk setiap barang yang dijual di pasar tradisional.
Semua saran itu ditampung dan akan dikelola bersamaan dengan rencana pelatihan berjualan online yang akan dilakukan Pemkot Surabaya.(ham/rid)