Jumat, 22 November 2024

Satu Keluarga Meninggal di Malang, Polisi Duga Bunuh Diri

Laporan oleh Muhammad Syafaruddin
Bagikan
Ilustrasi. Grafis: suarasurabaya.net

Polres Malang melakukan pendalaman terkait motif dalam peristiwa tewasnya tiga orang dalam satu keluarga yang diduga bunuh diri di Desa Saptorenggo, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

AKP Gandha Syah Hidayat Kasatreskrim Polres Malang menyebut, tiga orang yang meninggal dunia tersebut adalah suami berinisial WE (43), istri berinisial S (40), dan anak ARE (12).

“Jadi, dugaan sementara, mengarah bunuh diri dilakukan oleh satu keluarga. Satu keluarga ini beranggotakan empat orang. Untuk motif, masih sangat kami dalami,” kata Gandha dilansir Antara pada Selasa (12/12/2023).

Gandha menjelaskan, satu keluarga tersebut beranggotakan empat orang, yakni WE, S, ARE, dan AKE.

ARE dan AKE merupakan anak kembar.

Peristiwa tersebut pertama kali diketahui saat seorang anak perempuan korban, yakni AKE, meminta tolong kepada tetangga di sekitar rumah.

Tetangga yang merespons permintaan tolong AKE tersebut lalu masuk ke dalam rumah dan mengecek kamar.

Kemudian, saksi menemukan tiga orang berada dalam ruangan tersebut, di mana korban WE mengalami luka sayat pada tangan kiri. Korban kemudian dibawa ke rumah sakit terdekat, namun dinyatakan meninggal dunia.

“Kemudian, juga terdapat dua mayat yang sudah meninggal dunia, dua orang perempuan. Untuk yang satu, sekira umur 40 tahun dan satu lagi sekira umur 12 tahun,” jelas Gandha.

Dari dua jenazah tersebut, berdasarkan hasil olah tempat kejadian perkara (TKP), ditemukan fakta bahwa mulut kedua korban mengeluarkan busa dan bau menyengat. Tidak jauh dari korban, ditemukan pula gelas dan bungkus obat nyamuk cair.

“Informasi dari petugas olah TKP, keduanya ditemukan dengan keadaan mulut mengeluarkan busa dan bau menyengat,” tambah Gandha.

Berdasarkan keterangan saksi yang merupakan anak korban, lanjutnya, peristiwa tersebut terjadi kurang lebih pada pukul 03.00 WIB. Saat itu, WE membangunkan ARE untuk pindah kamar tidur bersama istrinya, S. Ketiga orang tersebut berada dalam satu kamar.

Sementara itu, AKE melanjutkan tidur yang kemudian terbangun dan menyadari sudah terlalu siang untuk melaksanakan ibadah shalat subuh. AKE kemudian bangun dan menuju kamar orang tuanya.

Namun, setelah memukul-mukul pintu kamar, AKE tidak mendapat respons dari dalam kamar orang tuanya tersebut.

“Kemudian, anak tersebut teriak minta tolong ke tetangga. Kemudian, tetangga masuk dan ditemukan bahwa WE dalam kondisi berlumuran darah,” kata Gandha.

Petugas kepolisian juga menemukan pesan yang diduga ditulis WE. Pesan tersebut meminta sang anak, AKE, untuk menjaga diri baik-baik dan menurut kepada neneknya. Pesan tersebut ditulis dengan spidol berwarna hitam dan identik dengan tulisan tangan WE yang merupakan seorang guru.

“Di TKP, kami menemukan pesan yang tulisannya identik dengan buku agenda milik WE. Kurang lebih, intinya, jaga diri kakak baik-baik, menurut sama uti (nenek), uang papa mama untuk pemakaman,” ujar Gandha.

Saat ini, AKE berada dalam pendampingan dari Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polres Malang dan psikolog.

PERINGATAN: Berita ini tidak bertujuan menginspirasi tindakan bunuh diri.

Jika Anda memerlukan layanan konsultasi masalah kejiwaan, jangan ragu bercerita, konsultasi, atau memeriksakan diri ke psikiater di rumah sakit yang memiliki fasilitas layanan kesehatan jiwa. Terlebih apabila pernah terbersit keinginan melakukan percobaan bunuh diri.

Untuk konsultasi, Anda dapat menghubungi nomor hotline Psikolog Klinis Rumah Sakit Jiwa Menur di 081-3472-753-07 via WhatsApp, setiap Senin-Kamis: 08.00-19.00 dan Jumat: 08.00-13.00 WIB. Atau mengakses layanan Love Inside Sucide Awareness (LISA) Kementerian Kesehatan di Call Center 119 atau hotline 08113855472. (ant/saf/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
34o
Kurs