Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur (Jatim) menekankan pentingnya penerapan teknologi di sektor pertanian. Tujuannya untuk efektifitas pengolahan dan peningkatan kualitas serta kuantitas produksi.
“Sejauh ini Indonesia masih tertinggal dalam penerapan teknologi pertanian. Sehingga kualitas dan produktivitas pertanian kita sering kalah dibanding negara-negara lain seperti Jepang, Belanda, Amerika Serikat dan Australia,” kata Adik Dwi Putranto Ketua Umum Kadin Jatim dalam keterangan resminya, Kamis (7/12/2023).
Adanya teknologi penyemaian tanaman melalui drone, misalnya, menjadi salah satu contoh perkembangan teknologi agrikultur yang menjadikan kerja lebih tepat sasaran dan efisien.
Untuk itu, Kadin Jatim menyambut baik tawaran kerja sama GreenArt Indonesia. Dalam pengolahan pertanian, mereka menggunakan soft were berbasis data base yang diperoleh dari radar dari satelit Uni Eropa untuk kemudian diolah oleh kecerdasan buatan (Desidera Artificial Intelligence).
Teknologi ini di klaim yang sangat bermanfaat untuk komoditas pertanian, perkebunan dan kehutanan.
“Dengan teknologi ini, kita bisa mendeteksi ketersediaan air di suatu lahan setiap hari, daily update. Selain itu penggunaan pestisida dan pupuk juga bisa disesuai dengan kondisi lahan,” tandasnya.
Hasil data yang didapatkan tersebut dapat digunakan untuk mendapatkan Sertifikasi European Union Deforestation Regulation (EUDR).
Sertifikasi EUDR ini dapat digunakan pengguna untuk memenuhi persyaratan sebagai eksportir apabila ingin menembus pasar di negara-negara anggota Uni Eropa.
“Sehingga petani mendapatkan dua kemanfaatan, pertama kemanfaatan dalam pengolahan dan produksi dan kemanfaatan kedua mendapatkan kemudahan dalam melakukan proses ekspor komoditas pertanian karena telah miliki sertifikat EUDR,” tandas Adik.
Ia berharap pemerintah turun tangan, khususnya dinas pertanian dan perkebunan untuk membantu petani dal hal penggunaan teknologi pertanian.
“Ketika pemerintah memiliki teknologi ini maka pemerintah dapat berikan layanan kepada petani, sehingga pemakaian pupuk dan pestisida petani bisa terdeteksi seusia kebutuhan,” ujarnya. (saf/ipg)