Hingga Bulan November 2023 kemarin, Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur telah memulangkan 1.525 orang Telantar ke sejumlah kabupaten/kota. Terbanyak berasal dari Jawa Barat yang mencapai 66 persen.
Restu Novi Kepala Dinas Sosial Jatim menyatakan penyebab utama ribuan orang telantar di Jatim karena kehabisan ongkos selama merantau mencapai 50 persen dan tertipu pekerjaan sebanyak 30 persen.
“Angka itu kemungkinan akan terus bertambah sampai akhir Desember 2023,” ujar Novi waktu ditemu di sela kegiatan Penguatan Prosedur Pelayanan Pemulangan Orang Telantar 2023, di Surabaya, Rabu (6/12/2023).
Dia menjelaskan, pemulangan orang telantar di wilayah Barat dilakukan secara estafet. Misalnya yang ke wilayah Provinsi Jawa Barat, jalur estafetnya melalui Dinsos Daerah Istimewa Yogyakarta.
Meski program pemulangan orang telantar terus digencarkan, Dinsos Jatim juga tetap mengutamakan pemberian layanan, terutama bagi orang telantar yang terkena penyakit.
“Misalnya ada orang telantar yang sakit, kami kembalikan dalam keadaan sehat. Kami sudah kerja sama dengan layanan-layanan kesehatan. Kalau dari luar provinsi kami obati dulu kemudian kami koordinasi dengan dinsos provinsi tempat mereka berasal,” paparnya.
Dinsos Jatim, sambung Novi, juga menyediakan fasilitas singgah sementara berupa shelter bagi orang telantar dari luar provinsi yang kepulangannya tertunda karena menggunakan kapal.
Shelter tersebut terletak di balai penanganan sosial di Kabupaten Sidoarjo. Novi memastikan fasilitas di sana telah mendapat asesmen kelayakan layanan dari Ombudsan Perwakilan RI Jatim.
“Sehingga, dia dipastikan tidak telantar ya tetap kami berikan makanan sehari tiga kali. Selain itu, di UPT yang kami sediakan juga lengkap fasilitasnya, seperti tempat tidur dan kamar mandi bagi laki-laki dan perempuan terpisah,” tutur Novi.
Selain itu, Dinsos Jatim berencana menjalin kerja sama dengan Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi (Disnakertrans) Provinsi Jatim untuk menangani masalah orang terlantanr.
Karena, 30 persen orang telantar di Jatim mengaku tertipu tawaran pekerjaan. Kerja sama itu sebagai langkah preventif supaya pendatang dari luar provinsi tidak tertipu pekerjaan lagi.
“Ini jadi pemikiran kami untuk pencegahannya, bagaimana supaya mereka tidak menjadi korban penipuan dan kami harus bekerja sama dengan Disnaker yangg punya data-data pencari kerja yang betul gimana,” tegasnya.
Novi menuturkan, kegiatan itu bertujuan untuk melakukan exercise dan assesment guna menganalisa penyebab meningkatnya orang telantar di Jatim bekerja sama dengan berbagai stakeholder seperti Polda Jatim, RSUD dr. Soetomo, berbagai universitas di Jatim, hingga Dinsos Kabupaten/Kota seluruh Jatim.
“Visi kami, orang telantar itu lebih cepat lebih baik dipertemukan dengan keluarganya. Sehingga, pelayanan kami harus cepat,” tandas Novi.(wld/rid)