Kasus stunting pada balita di Kota Surabaya masih 344, Dinas Kesehatan Kota Surabaya memastikan terus melakukan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) layak.
Nanik Sukristina Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya menyebut, jumlah itu sudah turun drastis dibandingkan tahun lalu.
“Jumlah balita stunting pada akhir bulan November 344, dibandingkan dengan jumlah balita stunting pada akhir tahun 2022, 923 balita,” kata Nanik, Rabu (6/12/2023).
Nanik menyebut, faktor stunting biasanya lebih dari satu dan terjadi bersamaan mulai kurang asupan bergizi hingga kondisi lingkungan yang tidak baik.
“Atau balita sering sakit karena keadaan lingkungan sekitar yang tidak baik, rumah tidak sehat, seperti ventilasi rumah yang kurang, penyediaan air bersih yang tidak ada, pertukaran udara yang tidak baik. Sehingga balita sering menderita batuk, pilek, demam dan diare, akibatnya berat badan dan tinggi badannya menjadi sulit naik,” beber Nanik.
Terkait beberapa daerah yang PMT-nya kurang layak, Nanik memastikan tidak terjadi di Surabaya. Dinkes sudah membagi PMT yang diberikan saat posyandu sebulan sekali, dan harian.
“PMT penyuluhan yang diberikan pada saat posyandu sekali sebulan, berupa kudapan protein hewani. Permakanan kudapan tinggi protein hewani, dengan sasaran balita stunting, pra stunting, balita gizi buruk dan balita gizi kurang, yang diberikan setiap hari, berupa kudapan protein hewani dan telur dan atau susu. PMT biskuit dan taburia, untuk balita kurang gizi,” terangnya.
Selain PMT, Dinkes Surabaya juga melakukan upaya dari hulu ke hilir dengan 12 program, mulai untuk remaja, calon pengantin, ibu hamil dan balita, serta inovasi lainnya. Meski tidak membeber jumlah anggaran yang dialokasikan, tapi Nanik memastikan sudah ada pos untuk susu ibu hamil, ibu menyusui, dan sebagainya. (lta/saf/faz)