Budi Gunadi Sadikin Menteri Kesehatan (Menkes), memberikan tiga pesan kunci kepada seluruh Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk diimplementasikan di seluruh politeknik di bawah kementerian itu di Indonesia.
“Saya titip dan minta tugas yang harus dilakukan oleh Poltekkes di seluruh Indonesia ada tiga,” kata Budi Gunadi Sadikin Menkes di Jakarta, seperti dilansir Antara, Sabtu (2/12/2023).
Pertama, Poltekkes Kemenkes agar mampu memberikan manfaat kepada mahasiswa didiknya sekaligus memberikan pembelajaran terbaik. Menurutnya, indikator Poltekkes sudah memberikan yang terbaik kepada mahasiswanya dapat dilihat dari jumlah lulusan yang bekerja di tempat terbaik.
“Jadi mengukurnya gampang, kita lihat institusi terbaik, rumah sakit terbaik, ada lulusan Poltekkes atau tidak? Kalau ada, berarti Poltekkes sudah baik bagi murid-muridnya,” kata Budi Gunadi Menkes.
Kedua, Poltekkes agar mampu memberikan manfaat bagi masyarakat yang ada di sekitarnya. Tolok ukur manfaat ini dapat dilihat dari jumlah tenaga kesehatan yang ada di fasilitas kesehatan (faskes) di sekitar Poltekkes.
“Sebaik apapun penelitian kita, tapi kalau bidan atau tenaga laboratorium di puskesmas sekitar kita tidak lengkap, berarti kita lupa apa tugas kita di Poltekkes ini. Kita harus berbuat baik bagi masyarakat di sekitar kita, harus bermanfaat bagi masyarakat di sekitar kita,” ujar Budi Gunadi Menkes.
Ketiga, Poltekkes harus bermanfaat bagi masyarakat Indonesia. Untuk itu, Menkes berharap agar Poltekkes melakukan riset yang bersifat riset kebijakan (policy research) maupun riset implementasi (implementation research).
Dengan demikian, kata dia, ada data ilmiah untuk mengetahui apakah kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh Kemenkes telah bermanfaat bagi masyarakat atau tidak.
Contohnya, data terbaru WHO menyebutkan estimasi angka penderita TBC di Indonesia mencapai satu juta orang. Padahal, Kemenkes sudah melakukan sejumlah upaya seperti skrining secara masif dan mendatangkan mobil Sinar X.
Selain itu, pengobatan standar untuk pasien Tuberkulosis Resisten Obat (TB RO) juga sudah diubah dari 20 bulan menjadi enam bulan. Upaya-upaya itu perlu diteliti untuk mengetahui apakah memberikan manfaat bagi masyarakat Indonesia.
Menkes juga menyebutkan program-program lain yang dapat diteliti untuk mengetahui apakah memberikan hasil yang baik bagi masyarakat Indonesia, seperti imunisasi Human papillomavirus (HPV) dan perubahan metode pemeriksaan atau skrining kanker serviks dari pap smear menjadi tes HPV DNA.
“Jadi kebijakan-kebijakan yang kita bikin diteliti secara ilmiah, apakah benar-benar bermanfaat bagi rakyat atau tidak. Jadi tugas dari Poltekkes bukan hanya bermanfaat bagi murid-muridnya, bukan hanya bagi masyarakat sekitar, tapi juga bermanfaat bagi seluruh Indonesia,” tutur Budi Gunadi Sadikin Menkes.(ant/ath/ipg)