Sabtu, 23 November 2024

Uni Eropa Sebut Israel Tak Seharusnya Bebas dari Kritik

Laporan oleh Muhammad Syafaruddin
Bagikan
Warga Palestina yang mengungsi dari Gaza utara di tengah perang antara Israel dan kelompok perlawanan Hamas di Jalur Gaza tengah, Jumat (10/11/2023). Foto: Reuters Warga Palestina yang mengungsi dari Gaza utara di tengah perang antara Israel dan kelompok perlawanan Hamas di Jalur Gaza tengah, Jumat (10/11/2023). Foto: Reuters

Josep Borrell kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa menekankan bahwa Israel tidak seharusnya terbebas dari kritik. Borrell mengatakan pengeboman di Gaza telah menciptakan bencana kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

“Namun, bukan bencana kemanusiaan yang disebabkan oleh alam, melainkan bencana yang disebabkan oleh ulah manusia yang memutus akses masyarakat terhadap kebutuhan pokok. PBB menggambarkannya sebagai pembantaian,” katanya saat berpidato di Parlemen Eropa, Rabu (22/11/2023) waktu setempat.

Dilansir dari Antara, Borell mengatakan bahwa sah-sah saja bagi suatu pihak mendukung hak Israel untuk membela diri. Tetapi pada saat yang sama merasa marah atas apa yang sedang terjadi pada warga sipil di Gaza dan Tepi Barat.

Demikian pula dengan membela hak-hak warga Palestina untuk memiliki negara. Tindakan tersebut, menurut Borrell, sah-sah saja dan tidak boleh dianggap sebagai tindakan antisemitisme. “Kebijakan pemerintah mana pun, termasuk Israel, dapat dikritik,” tegasnya.

Ia mengatakan Mahkamah Pidana Internasional sudah memulai proses penyelidikan terkait dengan apa yang sedang terjadi di Tepi Barat dan Gaza. Menurut Borrell, Israel memiliki hak untuk membela diri, tetapi juga tetap harus memenuhi kewajiban-kewajibannya pada hukum.

Ia menambahkan, Uni Eropa sangat khawatir dengan serangan terhadap warga sipil Palestina yang dilakukan oleh para pemukim Yahudi di Tepi Barat.

Israel melancarkan serangan udara dan darat tanpa henti di Jalur Gaza sebagai balasan atas serangan Hamas pada 7 Oktober. Serangan Israel itu telah menewaskan lebih dari 14.128 warga Palestina, termasuk 5.840 anak-anak dan 3.920 perempuan, menurut otoritas kesehatan Palestina di wilayah kantong tersebut.

Ribuan bangunan, termasuk rumah sakit, masjid, dan gereja, rusak atau hancur akibat serangan udara dan darat Israel terhadap wilayah kantong yang terkepung tersebut. (ant/mel/saf/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
27o
Kurs