Jumat, 22 November 2024

PBB: Kekurangan Bahan Bakar Minyak Penyebab Utama Kematian di Jalur Gaza

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Seorang anak perempuan terlihat di sebuah kamp yang berafiliasi dengan Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) di kota Khan Younis, Jalur Gaza selatan, pada 1 November 2023. Foto: Xinhua Seorang anak perempuan terlihat di sebuah kamp yang berafiliasi dengan Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) di kota Khan Younis, Jalur Gaza selatan, pada 1 November 2023. Foto: Xinhua

Badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) memperingatkan bahwa tidak segera disuplainya bahan bakar minyak (BBM) ke Jalur Gaza, akan menjadi penyebab utama kematian warga di wilayah yang dikepung Israel itu.

“Kita membutuhkan gencatan senjata sekarang, dan juga bahan bakar,” ujar Philippe Lazzarini Komisaris Jenderal UNRWA di Jenewa, Kamis (16/11/2023), yang dilansir Antara dari kantor berita Anadolu,

Berbeda dengan penetapan gencatan senjata yang lama tertunda, menurut dia, keputusan untuk memasok bahan bakar ke Gaza seharusnya segera dijalankan.

“Tetapi semakin kita menunggu, semakin kita akan melihat (tentara) pengepung mengambil alih (kendali) dan ini bisa menjadi alasan utama mengapa orang-orang akan meninggal dan terbunuh di Jalur Gaza,” ucap Lazzarini.

Sejauh ini, kata dia, UNRWA hanya menerima setengah truk bahan bakar pada, Rabu (15/11/2023). Tetapi Israel membatasi penggunaan bahan bakar tersebut untuk truk bantuan yang tiba di perbatasan Rafah.

“Tidak ada tempat yang aman di Gaza, di utara, di selatan, di tengah-tengah,” ujarnya memperingatkan.

Meskipun warga Palestina telah diminta untuk pergi dari utara menuju selatan Gaza, tetapi kenyataannya sepertiga di antaranya justru meninggal di Gaza selatan.

“Jadi selatan tidak aman. Bahkan kompleks PBB pun tidak aman,” ucap Lazzarini, merujuk pada 60 bangunan PBB yang telah terkena serangan sejak konflik antara Israel dan kelompok Hamas Palestina dimulai pada 7 Oktober 2023.

Selain itu, ia mencatat bahwa UNRWA kehilangan sedikitnya 103 staf selama konflik tersebut.

Soal pembatasan jumlah bantuan yang masuk ke Gaza melalui pintu Rafah yang berbatasan dengan Mesir, Lazzarini mengatakan hampir 10 persen jumlah bantuan masuk ke daerah kantong tersebut sebelum 7 Oktober, ketika kebutuhan warga sangat berbeda dibandingkan setelah meletusnya konflik.

“Sistem yang ada saat ini akan gagal kecuali ada kemauan politik,” kata Lazzarini, kembali memperingatkan.

Diketahui sejak Hamas kelompok perlawanan Palestina melakukan serangan, otoritas Israel langsung membalas dengan memborbardir Gaza baik dari udara maupun darat.

Akibatnya, sekitar 11.500 warga, termasuk lebih dari 7.800 perempuan dan anak-anak, meninggal terbunuh, sementara 29.200 lainnya terluka berdasarkan data terbaru otoritas Palestina.

Ribuan bangunan, termasuk rumah sakit, masjid, dan gereja, juga rusak atau hancur akibat serangan udara dan darat yang tiada henti dari Israel, terhadap wilayah kantong yang terkepung tersebut. Sementara itu, korban meninggal di Israel sekitar 1.200 orang, menurut angka resmi. (ant/bil/faz)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
26o
Kurs