Jumat, 22 November 2024

Romo Magnis: Situasi di Indonesia Cukup Berbahaya, Penguasa Tanpa Malu Bangun Dinasti Keluarga

Laporan oleh Muchlis Fadjarudin
Bagikan
Frans Magnis Suseno Pengajar Filsafat dan Etika (tengah) dalam diskusi soal Oligarki dan Dinasti Politik di kawasan Jakarta Pusat, Selasa (14/11/2023). Foto : Faiz Fadjarudin suarasurabaya.net

Frans Magnis Suseno Pengajar Filsafat dan Etika mengatakan bahwa Indonesia saat ini berada dalam kondisi yang cukup berbahaya. Dia menyampaikan kemiskinan bertambah, penguasa tanpa malu membangun dinasti politik keluarga, pengadilan yang tidak independen, hingga korupsi yang merajalela.

Hal itu disampaikan Romo Magnis, sapaan akrabnya, dalam diskusi “Menyelamatkan Demokrasi dari Cengkeraman Oligarki dan Politik Dinasti” di hadapan sejumlah rektor perguruan tinggi, pengamat, dan aktivis demokrasi di Indonesia di kawasan Jakarta Pusat, Selasa (14/11/2023).

Hadir sebagai narasumber yaitu Prof. Zaenal Arifin Mochtar pakar hukum dari UGM, Ikrar Nusa Bhakti pakar politik, Usman Hamid Direktur Eksekutif Amnesty International, Bivitri Susanti dan Refly Harun pakar hukum tata negara.

“Kita dalam situasi yang cukup serius,” kata Romo Magnis.

Romo Magnis mengatakan, 50 persen penduduk Indonesia belum sejahtera. Bahkan ada 9 persen berada dalam garis kemiskinan serius. Romo Magnis menilai kondisi itu akan membuat wajar apabila rakyat mencari ideologis lain selain Pancasila.

“Jadi, kita menghadapi ancaman perpecahan vertikal antara orang kecil yang masih menunggu sebenarnya di mana janji Indonesia ini,” kata Romo Magnis.

Romo Magnis juga menyoroti tentang korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) yang kini mengancam demokrasi Indonesia. Romo Magnis juga memandang oligarki sangat menguat sehingga membuat kondisi korup dalam negeri. Pelaku politik juga memperkaya diri dan melupakan rakyat.

“Dan tahun-tahun terakhir dengan dukungan presiden mengebiri KPK. Penguasa tanpa malu mencoba membangun dinasti keluarga dan kekuasaan keluarga. Saya ulangi yang dibilang tadi yang gawat kalau orang tidak melihat bahwa itu tidak beres. Kalian tahu itu tidak beres dan coba-coba kita masih bisa mengerti itu. Tetapi tidak beres dan kita di tangan orang seperti itu, ya, berbahaya juga. Ada ancaman terhadap independensi yustisi di Indonesia itu gawat. Masyarakat tidak akan kerasan di negara ini bahwa tidak percaya di pengadilan akan dapat keadilan,” tegas Romo Magnis.

Romo Magnis sebenarnya sudah ragu dengan Joko Widodo (Jokowi) Presiden ketika tidak mengeluarkan Peraturan Pengganti Undang-undang (Perppu) atas UU KPK. Dia mengaku bersama 70 orang ke Istana untuk menghadap Jokowi. Tujuannya ingin UU KPK yang baru dibatalkan lewat Perppu.

“Saya tidak terlalu banyak ngomong di situ, presiden mendengarkan dengan penuh perhatian. Ada orang seperti Emil Salim, sahabat saya Almarhum Azyumardi Azra dan selama dua jam kami minta presiden supaya pakai Perppu,” kata Romo Magnis.

Romo Magnis menilai Perppu itu penting agar membuat KPK kembali kuat dalam upaya-upaya pemberantasan korupsi. Namun sayang, kata dia, Presiden Jokowi tidak menghiraukan permintaan para tokoh bangsa.

“Presiden mendengarkan tetapi tidak menghiraukan. Di situ saya mulai ragu-ragu. Kok, kepentingan apa untuk mengebiri KPK,” kata Romo Magnis. (faz/ham)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
27o
Kurs