Angka Kematian Ibu (AKI) pascamelahirkan di Indonesia masih tinggi dibandingkan negara lain di dunia yaitu, 180 per 100.000 kelahiran hidup per tahun.
Prof Budi Santoso Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair) menyebut, dua penyebab utama. Hipertensi pertama, disusul perdarahan.
Sehingga FK Unair menambah guru besar luar negeri lagi, Assoc. Prof. Johannes Jurg Duvekot asal Erasmus University Medical Centre, Rotterdam, untuk Departemen Obstetri dan Ginekologi.
“Beliau expert hemoragic post partum dan beliau konsen penurunan AKI,” jelas Prof Bus sapaan akrabnya, Jumat (10/11/2023).
Harapannya, Prof Duvekot bisa menginisiasi langkah baru penurunan AKI berkaca dari global.
“Kita berharap profesor bisa transfer pengetahuan dan kemampuan untuk hemoragic post partum (perdarahan pasca kehamilan),” jelasnya.
Termasuk mengubah kebiasaan deteksi terlambat bisa menyebabkan kematian lebih besar.
“Yang palig bisa menyebabkan itu, keterlambatab. Terlalu lambat deteksi dini,” tambahnya.
Dokter Muhammad Yusuf Wakil Ketua Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi (POGI) cabang Surabaya menyebut, AKI di Surabaya bukan yang tertinggi di Jawa Timur.
“Surabaya pernah enam dengan kematian tertinggi di Jatim. Tapi sekarang di bawah tiga digit, 80-an. Sekarang Surabaya bukan yang termasuk diawasi Kementerian Kesehatan,” jelasnya.
Menurutnya di RSUD Dr. Soetomo Surabaya sebagai rujukan tersier, AKI justru paing banyak setelah hipertensi bukan perdarahan. Tapi kelainan jantung.
“Kematian dalam setahun 70-an. Stagnan,” tandasnya. (lta/ipg)