Jumat, 22 November 2024

Kampung Oase Songo Surabaya, Dari Urban Farming Hingga Zero Waste

Laporan oleh Iping Supingah
Bagikan
Siswa Sekolah Dasar Negeri (SDN) Sidomulyo 5 Surabaya, saat praktik menanam sawi cara hidroponik di Kampung Oase Songo Surabaya, Rabu (8/11/2023). Foto: Feby Magang suarasurabaya.net Siswa Sekolah Dasar Negeri (SDN) Sidomulyo 5 Surabaya, saat praktik menanam sawi cara hidroponik di Kampung Oase Songo Surabaya, Rabu (8/11/2023). Foto: Feby Magang suarasurabaya.net

Warga Jalan Simomulyo Baru, RT 09 RW 03, Kelurahan Simomulyo Baru, Kecamatan Sukomanunggal, Surabaya atau juga dikenal Kampung Oase Songo mengembangkan urban farming. Urban farming atau urban agriculture merupakan kegiatan budidaya tanaman yang dilakukan di wilayah kota besar dengan memanfaatkan lahan seminim mungkin.

Dalam upaya melakukan urban farming, Yaning Mustika Ningrum Kepala Kampung Oase Songo bersama warganya memanfaatkan tanah kosong untuk dilakukan penghijauan. Baik tanaman obat, sayur, buah, hingga tanaman hias.

“Berbagai macam. Ada hidroponik, tanaman sayur dalam pot (tasapot), ada tanaman buah dalam pot (tabulampot), vertikal garden isinya bukan bunga, tapi sayur,” jelas Yaning kepada suarasurabaya.net, Rabu (8/11/2023).

Saat memasuki kawasan kampung, pengunjung akan diperlihatkan jajaran rak aneka ragam tanaman di Kampung Oase Songo Surabaya, Rabu (8/11/2023). Foto: Feby Magang suarasurabaya.net
Saat memasuki kawasan kampung, pengunjung akan diperlihatkan jajaran rak aneka ragam tanaman di Kampung Oase Songo Surabaya, Rabu (8/11/2023). Foto: Feby Magang suarasurabaya.net

Pada saat merintis kampung tersebut, banyak hambatan yang ia temui. Mulai dari penolakan, banyaknya komplain yang diterima, hingga bully. Namun, melihat progres dan perkembangan kampung yang semakin maju dan berkembang membuat warga sadar dan kini mendapat dukungan dari berbagai pihak.

“Sekarang sudah bersyukur, sebagian besar masyarakat sudah menyadari pentingnya kampung (songo) seperti ini tuh bukan hanya untuk tontonan dan visual. Namun dari kampung ini bisa mendapat income jika banyak tamu,” ujarnya.

Ia menambahkan, seluruh gerakan yang dilakukan ini tak semata-mata untuk pendapatan ekonomi. Namun untuk kesadaran akan pentingnya kebersihan lingkungan dan mengurangi sampah.

“Tujuan kami tidak hanya secara ekonomi, yang penting kami bisa mengurangi sampah yang tidak bisa didaur ulang. Mengurangi timbunan sampah, kan Surabaya lagi darurat sampah,” jelasnya.

Saat ini, Kampung Songo menjadi salah satu kampung bebas sampah (zero waste). Hal tersebut membuat Yaning perlu memperhatikan banyak hal. Mulai dari pengelolaan sampah organik hingga anorganik. Pemanfaatan mesin crusher dan pyrolisis sebagai contoh dalam upaya mengelola sampah anorganik.

Dalam pengoperasian mesin tersebut sampah plastik yang diolah menghasilkan Bahan Bakar Minyak (BBM) yakni minyak tanah, solar, dan bensin. Meski begitu, ia mengatakan tak berani menggunakan hasil tersebut untuk tujuan komersil lantaran belum di uji klinis.

“Masih dikumpulin. Minyak tanah dan solarnya belum uji klinis, sehingga kami belum berani. Kalau solarnya kami pakai untuk mesin pyrolisisnya,” tuturnya.

Lebih lanjut, tak hanya budidaya lele, Maggot Black Soldier Fly (BSF) menanam sayur serta mengelola sampah anorganik dan organik, kampung ini juga menyediakan makanan yang berasal dari usaha UMKM warga setempat.

Oleh karena itu, melihat minat serta kerja keras masyarakat disertai peluang yang ada, bersama mahasiswa program Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB), Kampung Oase Songo memanfaatkan hal tersebut untuk membentuk wilayahnya sebagai kampung wisata.

“Ini program yang dibuat mahasiswa. Tapi sebelumnya kami sudah punya cita-cita kalau nantinya Oase Songo akan jadi kampung wisata. Kapannya? Ini sekarang Gongnya,” ujarnya.

Meski konsep tersebut belum sepenuhnya sempurna dan dalam tahap berbenah, ia mengatakan tetap menerima pengunjung yang ingin datang ke kampungnya.

Siswa Sekolah Dasar Negeri (SDN) Simomulyo 5 Surabaya berbaris sebelum melakukan tour kampung di Kampung Oase Songo Surabaya, Rabu (8/11/2023). Foto: Feby Magang suarasurabaya.net
Siswa Sekolah Dasar Negeri (SDN) Simomulyo 5 Surabaya berbaris sebelum melakukan tour kampung di Kampung Oase Songo Surabaya, Rabu (8/11/2023). Foto: Feby Magang suarasurabaya.net

Di sisi lain Anastasia Natalia Prasetio salah satu mahasiswa MSIB mengungkapkan, dalam konsep eduwisata yang dibuat oleh kelompoknya terbagi menjadi tiga paket. Tiga di antaranya yakni basic, medium, dan intermediate.

“Kalau paket yang basic ada wellcome drink, Snack, tour guide, edukasi mini komposter dan tasapot, itu untuk jenjang anak SD (siswa dasar),” ungkapnya.

Sementara paket medium diperuntukkan bagi Siswa Menengah Pertama (SMP) dengan dengan fasilitas serupa seperti paket basic, namun dengan tambahan edukasi pembuatan pupuk loseda.

“Kalau paket intermediate itu dapat welcome drink, makan siang (dengan menu pilihan), tour guide, edukasi komposter, edukasi tasapot dan pupuk loseda, sama pengelolaan sampah organik dan anorganik,” jelasnya.

Sementara waktu, Anastasia mengungkapkan paket tersebut hanya ditujukan bagi siswa lembaga sekolah.

“Untuk sementara masih dibuka untuk sekolahan ya. Tapi kalau ke depannya dibuka untuk umum bisa sih, tapi ya ada minimum,” pungkasnya. (feb/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
31o
Kurs