Sabtu, 23 November 2024

Perempuan dan Generasi Muda Didorong Terlibat Merawat Hutan

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Sesi talkshow gerakan untuk mendukung keterlibatan perempuan dan Anak muda dalam mengelola hutan di Indonesia dalam serangkaian acara Konferensi dan Kongres perempuan dan generasi muda penjaga hutan di Premier Ballroom Hotel Santika, Selasa (7/11/2023). Foto: Feby Magang suarasurabaya.net Sesi talkshow gerakan untuk mendukung keterlibatan perempuan dan Anak muda dalam mengelola hutan di Indonesia dalam serangkaian acara Konferensi dan Kongres perempuan dan generasi muda penjaga hutan di Premier Ballroom Hotel Santika, Selasa (7/11/2023). Foto: Feby Magang suarasurabaya.net

Dalam upaya mewujudkan keterlibatan perempuan dalam mengelola hutan dan lahan di Indonesia melalui Gender Focal Point (GFP), The Asia Foundation berkomitmen untuk mendorong keadilan dan kesetaraan gender melalui kegiatan Konferensi dan Kongres Perempuan dan generasi muda penjaga hutan di Premier Ballroom, Hotel Santika Surabaya, Selasa (7/11/2023).

Mengangkat tema “Perempuan dan Generasi Muda Penjaga Hutan; Merawat Hutan, Memperkuat Kesetaraan, dan Menjaga Ketahanan Pangan Lokal”, kegiatan ini diselenggarakan selama lima hari pada 7 sampai 11 November.

Ike Sulistiowati Direktur Eksekutif perkumpulan untuk Peningkatan Usaha Kecil (PUPUK) Surabaya mengatakan, dalam kegiatannya juga memfokuskan terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat lewat akses pasar bagi produk berbasis perhutanan sosial.

“Acara ini memperkuat gerakan kolaboratif antara perempuan dan kaum muda dalam pengelolaan hutan berkelanjutan dan memperkuat kesetaraan,” ujar Ike.

Dalam kegiatan tersebut, dihari oleh ratusan peserta dari berbagai daerah di 14 provinsi di Indonesia. Mulai dari Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Bengkulu, Sumatra Selatan, Sulawesi Selatan, Aceh, Sumatra Barat, Riau, Papua, Papua Barat, Papua Tengah, Papua Selatan, Sulawesi Tengah, dan Jawa Tengah.

Di sisi lain, Hana Satriyo Country Representative Asia foundation mengungkapkan, dalam kegiatan ini melibatkan 30 kelompok perempuan. Di mana mereka berusaha supaya peran perempuan itu benar-benar diakui ketika menjaga hutan.

“Hutan sering dipersepsikan sebagai wilayah laki-laki, hutan itu potong-potong kayu. Sementara di hutan ada hasil lain selain kayu seperti obat-obatan, rotan, dan hasil lainnya. Keterlibatan perempuan sebagai pengelola hutan itu jadi penting,” ungkapnya kepada suarasurabaya.net.

Hana Satriyo Country Representative Asia foundation saat Konferensi dan Kongres Perempuan dan generasi muda penjaga hutan di Premier Ballroom, Hotel Santika Surabaya, Selasa (7/11/2023). Foto: Feby Magang suarasurabaya.net
Hana Satriyo Country Representative Asia foundation saat Konferensi dan Kongres Perempuan dan generasi muda penjaga hutan di Premier Ballroom, Hotel Santika Surabaya, Selasa (7/11/2023). Foto: Feby Magang suarasurabaya.net

Oleh karena itu, dengan adanya konferensi dan kongres ini ia berharap dapat memperkuat gerakan perempuan sebagai aktor penting perhutanan sosial.

“Karena saat ini perempuan yang ikut dalam perhutanan sosial itu hanya 13 persen. Itu kan dikit banget, sementara perempuan yang bekerja di hutan hampir semua tempat kalau ada hutannya, pasti perempuannya juga ikut terlibat,” pungkasnya.

Sementara itu dalam ketahanan pangannya, Lenny N. Rosalin Deputi Menteri PPPA Bidang Kesetaraan Gender Kementerian PPPA menyatakan, perempuan petani dan petani muda pelaku perhutanan nasional dapat memproduksi tanaman pangan yang menyumbang kebutuhan pangan di masyarakat dan kebutuhan pangan keluarga oleh perempuan.

“Hal tersebut apabila menerapkan sistem Agroforestri serta memadukan tanaman pangan dan tanaman komoditas,” tuturnya. (feb/iss/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs