Jumat, 22 November 2024

Harga Minyak Dunia Anjlok 2,2 Dolar AS per Barel Jelang Akhir Pekan

Laporan oleh M. Hamim Arifin
Bagikan
Ilustrasi - Harga minyak dunia turun. Foto : Antara Ilustrasi - Harga minyak dunia turun. Foto : Antara

Harga minyak anjlok dunia pada akhir perdagangan Jumat (27/10/2023) pagi WIB dipicu meredanya kekhawatiran meluasnya konflik Timur Tengah dan juga permintaan AS yang menunjukkan tanda-tanda melemah.

Minyak mentah berjangka Brent turun 2,2 dolar AS atau 2,44 persen ke posisi 87,93 dolar AS per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) melemah 2,18 dolar AS atau 2,55 persen menjadi 83,21 dolar AS per barel.

Melansir Antara, harga minyak baru-baru ini terdongkrak oleh kekhawatiran akan dampak yang mempengaruhi pasokan minyak mentah global akibat konflik antara Israel dan Hamas, yang dapat melibatkan Iran dan sekutunya di wilayah tersebut. Kekhawatiran tersebut mulai berkurang pada tengah hari Kamis (26/10/2023).

“Premi keamanan yang telah kami bayarkan sejak awal bulan ini tampaknya menurun,” kata John Kilduff mitra Again Capital LLC.

AS dan negara-negara lain mendesak Israel untuk menunda invasi penuh ke Gaza. Kawasan tersebut belum pulih dari pemboman Israel selama hampir tiga minggu, yang diawali serangan udara Hamas ke selatan Israel.

“Pasar berada dalam kegelisahan,” kata Phil Flynn analis Price Futures.

Kekhawatiran terhadap perekonomian global yang lebih luas juga menekan harga minyak. Imbal hasil obligasi pemerintah AS kembali menuju 5 persen pada Kamis menyeret saham-saham di seluruh dunia ke posisi terendah dalam beberapa bulan.

Namun, perekonomian AS tumbuh pada laju tercepat dalam hampir dua tahun pada kuartal ketiga, berdasarkan data yang dirilis pada Kamis, sehingga meningkatkan ekspektasi bahwa The Federal Reserve akan mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama.

Sementara itu, peningkatan persediaan minyak mentah AS pada minggu terakhir mengindikasikan melemahnya permintaan.

Menurut Energy Information Administration (EIA), persediaan minyak AS naik 1,4 juta barel menjadi 421,1 juta barel, melebihi kenaikan 240.000 barel yang diperkirakan oleh para analis dalam survei yang dilakukan Reuters.

Data tersebut menyusul penurunan mengejutkan pada data aktivitas bisnis zona euro bulan ini.

“Meskipun tidak ada tanda-tanda jelas bahwa perang akan meningkat, perhatian kembali tertuju pada fluktuasi pasar obligasi AS dan kondisi ekonomi dunia yang lebih rentan. Hal ini meresahkan investor,” kata Ehsan Khoman analis MUFG.

Di sisi lain, Bank Sentral Eropa mempertahankan suku bunga seperti yang diperkirakan pada Kamis, menghentikan kenaikan suku bunga 10 kali berturut-turut yang belum pernah terjadi sebelumnya dan mempertahankan panduan yang menyiratkan kebijakan yang stabil pada masa depan.

Direktur Mobius Risk Group Phil Thompson mengatakan, pasar akan menantikan rencana OPEC dan sekutunya mengenai tingkat produksi pada tahun depan.

OPEC+, yang dipimpin oleh Arab Saudi dan Rusia, memangkas produksi sebesar 1,3 juta per hari awal tahun ini dan pada September memperpanjang pengurangan tingkat produksi hingga akhir tahun.

Anggota OPEC selanjutnya dijadwalkan bertemu pada akhir November 2023.

“Jika pemangkasan terus berlanjut hingga tahun baru, maka hal tersebut akan menjadi bullish,” ujar Thompson. (ant/mel/ham/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
29o
Kurs