Sabtu, 23 November 2024

Soroti Kandungan BPA di Galon Air Minum, Pakar Minta Label Peringatan

Laporan oleh Risky Pratama
Bagikan
Junaidi Khotib pakar farmasi Universitas Airlangga (Unair). Foto: Unair Junaidi Khotib pakar farmasi Universitas Airlangga (Unair). Foto: Unair

Polemik mengenai kandungan Bisphenol-A (BPA) pada galon kembali muncul. Junaidi Khotib pakar farmasi Universitas Airlangga (Unair) buka suara terkait masalah tersebut.

Junaidi mengatakan bahwa pemerintah Indonesia perlu memberikan label peringatan pada produk yang mengandung BPA.

“Upaya ini bukan untuk meniadakan BPA tapi mengatur penggunaannya sehingga keamanan masyarakat bisa terjaga,” ucapnya, pada Senin (9/10/2023).

Junaidi menjelaskan, BPA merupakan senyawa sintetis yang dapat bermigrasi ke makanan atau minuman yang ada dalam kemasan tersebut. Peristiwa itu terpengaruh oleh paparan cahaya matahari, suhu yang tinggi, hingga perubahan keasaman air.

“BPA dapat menyebabkan gangguan kesehatan, seperti gangguan sistem endokrin, gangguan fertilitas, gangguan mental, hingga tumbuh kembang anak,” jelasnya.

Pemerintah Indonesia, kata dia, telah menetapkan ambang batas senyawa BPA yang terlepas dari galon adalah tidak lebih dari 0,6 ppm. Namun, angka itu menurutnya masih cukup tinggi jika membandingkan dengan negara Eropa. European Food Safety Authority (EFSA) menetapkan batas senyawa BPA yang terlepas kurang dari 0,05 ppm.

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa asupan harian yang bisa ditoleransi oleh tubuh yakni kurang dari 0,0002 mikrogram per hari.

“Ambang batas yang lebih rendah dapat menjadikan makanan atau minuman lebih aman,” katanya.

Sementara, jika sudah terlanjur menggunakan galon yang mengandung senyawa BPA, tidak menjadi masalah besar jika tidak mengalami gangguan tubuh. Tetapi ia menegaskan, penggunaan galon yang tidak mengandung senyawa BPA merupakan investasi kesehatan jangka panjang.

“Tidak apa-apa jika tidak mengalami gangguan karena itu perlu paparan jangka panjang. Namun, tidak ada kata terlambat untuk menjaga kesehatan lebih baik,” tuturnya.

Ia mengimbau kepada masyarakat untuk bijak dalam memilih makanan dan minuman sehari-hari. Salah satu indikator pendukungnya adalah informasi yang cukup tersampaikan kepada masyarakat.

“Pelaku industri tidak hanya memproduksi komoditas tapi punya tanggung jawab sosial. Tanggung jawab mereka memberikan informasi secara lengkap bahwa produknya mengandung polikarbonat yang dapat melepaskan BPA,” pungkasnya.(ris/iss/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs