Jumat, 22 November 2024

Tentang Fenomena TikTok Shop, Sosiolog Unair Menilai Perilaku Belanja Sudah Bergeser ke Online

Laporan oleh Meilita Elaine
Bagikan
Ilustrasi. Live jualan online. Foto: Shutterstock Ilustrasi. Live jualan online. Foto: Shutterstock

Sosiolog menilai penyebab pusat perbelanjaan termasuk pasar tradisional sepi bukan semata-mata karena TikTok Shop. Sebab, perilaku belanja pembeli ditengarai sudah bergeser secara online.

Prof Bagong Suyanto sosiolog dari Univeristas Airlangga (Unair) menjelaskan, sepinya pasar yang diduga disebabkan social commerce dan berujung penutupan TikTok Shop, adalah fenomena kesenjangan digital.

Beberapa pedagang yang mengaku sepi pembeli, ditengarai tidak terjun berjualan online. Baik di e-commerce dan social commerce laiknya TikTok Shop.

“Ini fenomena kesenjangan digital. Orang tidak mampu memanfaatkan teknologi informasi dan internet,” kata Bagong pada Sabtu (7/10/2023).

Menurutnya, pola berbelanja online kini sudah menjadi kebiasaan masyarakat. “Pola berbelanja online tidak terhindarkan,” tegasnya.

Menurutnya, solusi penutupan TikTok Shop bukan langkah yang paling penting. Justru, harusnya penyamaan kemampuan literasi digital tiap penjual, pedagang, atau pengusaha yang harus dilakukan.

Termasuk pedagang-pedagang ecer ataupun grosir di pasar, yang mau tidak mau harus belajar berjualan di online. “Seharusnya ya pengembangan literasi digital,” imbuhnya.

Jika pemerintah hanya mengeluarkan solusi cepat dan singkat seperti penutupan TikTok Shop, kata Bagong, tidak menjamin pembeli kembali mengandalkan pasar untuk transaksi jual beli.

“Sebab perilaku berbelanja sudah bergeser,” tandasnya. (lta/saf/iss)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
27o
Kurs