Sabtu, 23 November 2024

Partai Gelora Rekomendasikan Tiga Pertimbangan kepada Prabowo Memilih Bacawapres

Laporan oleh Muchlis Fadjarudin
Bagikan
Partai Gelora saat mendeklarasikan dukungan kepada Prabowo Subianto sebagai Bakal Capres 2024 beberapa waktu lalu. Foto : istimewa

Anis Matta Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia menegaskan, semua pihak saat ini sedang menantikan siapa yang akan dipilih Prabowo Subianto sebagai bakal calon wakil presiden (bacawapres) di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.

Sebab, cawapres yang akan dipilih Prabowo ini akan menjadi sumber kejutan baru hingga 19 Oktober 2023 pada saat pendaftaran calon presiden (capres) dan calon wakil presiden.

“Saya ingin menjelaskan bacawapres Prabowo versi Partai Gelora, karena ini akan menjadi sumber kejutan. Kita tunggu saja berapa bacapres-bacawapres yang akan daftar, apakah tiga atau dua,” kata Anis Matta dalam keterangannya, Selasa (3/10/2023).

Menurut Anis Matta, sumber kejutan ini berasal dari putusan Mahkamah Konstitusi (MK) mengenai gugatan batasan usia capres-cawapres yang akan diputus sebelum 19 Oktober.

“Semua orang sekarang masih menduga-duga, soal pembatasan umur. Misalnya diputuskan tidak ada lagi pembatasan umur, tapi pemberlakuannya tahun 2029, kan bisa begitu. Ini yang saya katakan jadi satu sumber kejutan pertama,” katanya.

Sumber kejutan kedua, lanjut Anis Matta, adalah elektabilitas Prabowo sendiri dalam survei-survei yang relatif tinggi, sehingga pada dasarnya faktor utama pemenangan ada di Prabowo sendiri.

“Dengan resolusi tiga pasang sekarang ini, Prabowo mendapatkan persepsi besar sebagai tokoh atau capres jalan tengah. Capres kiri dan kanan memberi porsi besar kepada capres jalan tengah,” ujarnya.

Karena determinan Prabowo sebagai capres sangat besar itu, maka siapapun cawapres yang akan dipilih, sebenarnya tidak terlalu menentukan. Tetapi, karena adanya tarik menarik antar bacapres dalam mendapatkan bacawapres seperti yang terjadi di kubu Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo, maka posisi bacawapres menjadi sangat menentukan.

“Sekarang ini sedang terjadi pergulatan di balik layar soal penentuan bacawapres ini antara Prabowo dan Ganjar. Kita tidak mau kasih bocoran, tetapi kita mau kasih perspektif, siapa sebaiknya yang menjadi bacawapresnya Prabowo,” jelasnya.

Faktor pertimbangan pertama adalah soal narasi, karena Prabowo adalah bacapres yang membawa narasi besar dan juga melanjutkan legacy Joko Widodo (Jokowi) Presiden yang telah melakukan transformasi besar-besaran menuju Indonesia Emas tahun 2045.

“Narasi besar Prabowo ini mengandung beban besar. Kesulitan yang akan dihadapi oleh Prabowo justru jauh lebih besar setelah menang daripada proses pemenangan pertarungannya sebagai capres sendiri, karena dunia akan mengalami perubahan signifikan di tahun 2024 sampai 2027,” ungkapnya.

Sehingga, Prabowo, kata Anis Matta, tidak saja dilihat sekadar agenda pemenangan dalam pengertian political marketing saja, tetapi juga harus satu frekuensi dengan Prabowo.

“Secara narasi akan sulit diwujudkan, jika bacawapresnya tidak satu frekuensi, akan banyak kendala dalam bekerjanya. Seperti kata Presiden (Jokowi) tantangan terbesar kita ini adalah ancaman perubahan iklim dan isu pangan, serta mempertahankan pertumbuhan ekonomi. Jadi bacawapresnya harus memahami mimpi besar ini,” paparnya.

Artinya, faktor pertimbangan kedua adalah bacawapres Prabowo harus memberikan tambahan secara elektoral untuk memenangkan Pilpres, terlepas dari siapapun bacawapres yang akan dipilih nantinya.

“Kalau formatnya tiga pasangan bacapres seperti sekarang, bacawapres ini nantinya membantu Prabowo secara elektoral untuk memenangkan pilpres satu putaran,” katanya.

Tantangan elektoral Prabowo jika membaca hasil survei, kata Anis Matta, ada di Jawa Tengah (Jateng) dan Jawa Timur (Jatim), sementara di Jawa Barat, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan daerah lainnya akan menjadi lumbung suara bagi Ketua Umum Partai Gerindra itu.

“Tantangan terbesar buat Prabowo ada di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Tetapi dari dua wilayah ini, Jawa Timur mungkin lebih bisa dimenangkan, sedangkan Jawa Tengah akan menjadi medan tempur yang paling berat. Sementara Jawa Barat, saya kira akan menjadi lumbung suara, demikian pula daerah lainnya,” ungkap Anis Matta.

Karena itu, kata Ketua Umum Partai Gelora ini, dari sisi teritorial untuk membantu Prabowo secara elektoral, maka bacawapres Prabowo harus berasal dari Jateng dan Jatim.

“Karena secara umur, Prabowo ini senior dan dibutuhkan di era geopolitik sekarang, makanya bacawapresnya harus lebih milenial atau gender untuk menggaet pemilih muda dan perempuan,” jelasnya.

Bacawapres milenial atau gender ini, menurut Anis Matta, dapat membantu Prabowo secara elektoral di Jateng dan Jatim, di samping ada peningkatan partisipasi pemilih muda dan perempuan dalam politik meningkat tajam seperti suara ‘emak-emak’ yang akan menjadi pemilih potensial bagi Prabowo.

“Partai Gelora berharap pasangannya Prabowo bisa memenangkan Pilpres satu putaran, karena selain dua faktor di atas, Prabowo juga memiliki faktor ketiga, yakni pertimbangan beban kerja yang berat. Nantinya, bacawapres Prabowo tidak hanya sekedar menunggu perintah presiden saja, tetapi membantu beliau untuk memikul beban kerja,” katanya.

Anis Matta menambahkan, di era geopolitik sekarang yang tengah memasuki tahapan krusial dari krisis dalam kurun waktu 2024-2027 akan menjadi tantangan bagi Prabowo untuk mempertahankan narasi besarnya dan pertumbuhan ekonomi.

“Artinya Prabowo harus bisa mencari bacawapres yang bisa dipercaya dan diandalkan, pertimbangannya tiga faktor tadi. Pertama soal narasi, kedua elektoral dan ketiga membantu memikul beban kerja. Presiden dan wakil presiden harus satu tim agara semua transformasi menuju Indonesia Emas 2045 di harapkan dapat terealisasi karena krisis saat ini memasuki tahapan krusial,” pungkasnya. (faz/ham)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs