Jumat, 22 November 2024

Majelis Umum PBB Deklarasikan Komitmen Mengakhiri TBC pada 2030

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Pertemuan tingkat tinggi Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang perjuangan melawan tuberkulosis (TBC) di markas besar PBB, New York, Amerika Serikat, Jumat (22/9/2023). Foto: Xinhua

Para pemimpin dunia yang berkumpul dalam pertemuan tingkat tinggi Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyetujui deklarasi politik untuk melawan tuberkulosis (TBC), dan mengakhiri penyakit tersebut pada 2030.

Deklarasi ini menetapkan target ambisius selama lima tahun ke depan, termasuk menggapai 90 persen dari orang yang membutuhkan pencegahan dan pelayanan penyakit itu.

Di antaranya, memberikan paket manfaat sosial kepada mereka yang terkena penyakit ini, dan memberikan setidaknya satu vaksin baru.

“Selamat kepada semua negara anggota atas persetujuan deklarasi politik ini, yang akan saya ajukan kepada Majelis Umum untuk pengesahannya pada tanggal yang akan datang,” kata Dennis Francis Presiden Majelis Umum PBB seperti dikutip kantor berita Xinhua, Minggu (24/9/2023).

“Kita berkumpul hari ini dengan tujuan untuk menguatkan tekad dan mempercepat kemajuan menuju penghapusan tuberkulosis, penyakit berusia ribuan tahun, tetapi menjadi salah satu penyebab utama kematian akibat infeksi di dunia,” imbuh Francis.

Menurutnya, akan sangat miris melihat semua kemajuan yang telah dicapai seperti mengirim manusia ke bulan, tapi tak bisa mengalahkan penyakit yang merengut nyawa ribuan orang setiap hari.

“Epidemi TBC berkembang karena ketidaksetaraan yang sudah dikenal seperti kemiskinan dan kekurangan gizi, dan semakin diperburuk oleh konflik, perubahan iklim, dan krisis lainnya,” kata Francis.

Selain itu, Pandemi Covid-19 lalu juga dinilai membalikan kemajuan bertahun-tahun yang dibangun untuk melawan TBC.

Dalam pertemuan majelis itu, Amina Mohammed Wakil Sekretaris Jenderal PBB juga menyerukan tindakan untuk mengatasi penyebab utama penularan – kemiskinan, kekurangan gizi, minimnya akses ke perawatan kesehatan, tingginya prevalensi infeksi HIV, diabetes, masalah kesehatan mental, dan rokok.

Menurutnya, stigma buruk soal TBC perlu dikurangi agar orang dapat mendapatkan bantuan tanpa takut diskriminasi. Pemerintah harus memastikan cakupan kesehatan universal yang mencakup pemeriksaan, pencegahan, dan perawatan TBC.

Mohammed juga berbagi alasan pribadinya untuk mendukung perjuangan global ini. “Komitmen saya didasari oleh cerita pribadi saya: kehilangan ayah saya akibat TBC pada usia 50 tahun, 37 tahun yang lalu pada minggu ini,” katanya.

“Mengakhiri tuberkulosis adalah hal yang mungkin. Ini membutuhkan kemauan politik, komitmen keuangan, dan solidaritas global. Sistem PBB siap mendukung semua upaya… Bersama-sama kita harus berjanji untuk tidak mengejar upaya apa pun untuk mengakhiri tuberkulosis sekali dan untuk selamanya,” kata Mohammed.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), TBC adalah penyebab utama kematian akibat infeksi kedua di dunia setelah Covid-19, dengan sekitar 1,6 juta kematian pada tahun 2021 saja. (bil/iss)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
31o
Kurs