Seratus lebih pengamen jalanan hingga kaum disabilitas menunjukkan bakatnya dalam kurasi yang digelar Kemendikbudristek RI, berkolaborasi dengan Institut Musik Jalanan di Surabaya.
Mereka berlomba tampil sempurna dihadapan para juri kurasi yang digelar di Alun-Alun Suroboyo, Kamis (14/9/2023).
Rosian Imam Sujono salah satunya. Pengamen jalanan yang akrab disapa Riris itu biasa mengais rezeki di kawasan Taman Bungkul Surabaya.
“Iya ngamen di daerah Taman Bungkul, keliling. Kalau sore ada reguler ya main reguler, di cafe. Kadang sama tim kadang sendiri,” jelasnya.
Ia mengaku coba-coba ikut kurasi. Harapannya, dengan lisensi bisa membawa profesinya sebagai musisi jalanan menjadi lebih sukses.
“Dulu saya berangkat dari pengamen di kampung-kampung, jalanan, sampai ke bus-bus. Baru akhirnya memutuskan oh sepertinya sepertinya enak di sini, gak usah di jalan raya gitu,” tutur pria kelahiran Mojokerto itu.
Termasuk, kata dia, terhindar dari berurusan dengan Satpol PP saat penertiban seperti yang dialami teman-temannya.
“Teman-teman yang pernah. Saya gak pernah kena. Karena kita tahu ada gerebekan. Dan ada tempat-tempat yang boleh dan gak untuk ngamen,” jelasnya.
Mimpi serupa juga menjadi semangat tersendiri bagi tiga disabilitas dari Istana Karya Difabel, yang ikut kurasi hari ini.
Muhammad Syahrul Kurnia Ramadhan (20 tahun) seorang gitaris merangkap vokal yang tampil bersama dua kawannya, membawakan lagu ciptaan Anto Baret “10 November” di depan para juri.
“Kami dari The Blind. Sudah tiga tahun berdiri. Sudah tampil banyak, biasanya di ruang terbuka, jaming-jaming di cafe. Saya bersama adik kita Zara Khoirunnisa (11 tahun) keyboardis, dan drummer mamk Abisali Aqil Ahyan Sah Rahman (14 tahun),” tuturnya.
Ia berharap jika lolos kurasi nanti, bisa membuktikan keberadaannya untuk diterima sebagai musisi di Indonesia, terutama Surabaya sendiri.
“Sebagai pelaku disabilitas ingin diterima sebagai seorang musisi karena kami juga ingin menunjukkan karya nyata, ingin dilihat dari karya kami. Bukan kesedihan,” tandasnya.
Ada seratus lebih semangat serupa yang dibawa musisi jalanan lain dalam kurasi kali ini. Manasy August Marantika selaku Ketua Pelaksana Kurasi Musik Jalanan menyebut, hingga siang ini ada 115 peserta.
“Banyak, ada pengamen jalanan, juga ada yang biasa di cafe-cafe yang posisinya musisi di cafe atau tempat lain boleh ikut. Kalau masih antusias tinggi, besok kurasi masih dilanjutkan sampai terakhir jam 11 siang,” jelas Sekretaris Kelompok Penyanyi Jalanan Surabaya itu.
Rencananya, maksimal ada 50 musisi jalanan yang lolos kurasi dan diaktivasi QRIS untuk menerima apresiasi pengunjung secara cashless.
Kemudian 10 di antaranya yang terpilih, akan ditampilkan dalam pentas seni besok sore. “Di situ nanti akan dinilai masyarakat,” tandasnya.
Diberitakan sebelumnya, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Republik Indonesia berkolaborasi dengan Institut Musik Jalanan menggelar kurasi musisi jalanan di Surabaya untuk menaikkelaskan para pengamen.
Mereka yang lolos akan dapat lisensi resmi untuk akses mengamen di ruang publik. Tidak menutup kemungkinan akan ada pelatihan skill lanjutan. (lta/bil/faz)