Sabtu, 23 November 2024

Sebuah Studi Ungkap Bahaya Paparan Berlebih Senyawa Plastik Terhadap Bayi Laki-laki

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Ilustrasi kaki balita. Foto: Medical Daily

Para peneliti dalam sebuah studi baru menemukan bahwa paparan bahan kimia lain yang sering ditemukan dalam plastik dengan sebutan ftalat, dapat menyebabkan masalah perkembangan pada balita laki-laki.

Dalam studi terbaru yang diterbitkan dalam jurnal NeuroToxicology itu, para peneliti mengungkapkan bahwa paparan ftalat dalam kandungan mempengaruhi perkembangan emosional dan perilaku anak laki-laki.

“Temuan kami menggarisbawahi dampak potensial dari paparan ibu terhadap ftalat pada perkembangan emosional dan perilaku anak-anak, terutama di kalangan anak laki-laki,” kata Liron Cohen-Eliraz penulis utama studi tersebut dilansir Medical Daily, Rabu (6/9/2023).

Disebutkan kalau individu bisa terpapar melalui kontak langsung dengan permukaan yang mengandung bahan kimia itu, menghirup partikel ftlalat di udara, atau mengkonsumsi makanan dan minuman yang bersentuhan langsung dengan bahan kimia tersebut.

Sebagai informasi, ftalat atau plasticizer adalah sekelompok bahan kimia yang digunakan untuk meningkatkan ketahanan plastik. Bahan ini juga digunakan sebagai pelarut dalam produk manufaktur seperti lantai vinil, minyak pelumas, deterjen, popok, sabun, sampo, dan semprotan rambut.

Untuk penelitian ini, para peneliti menganalisis sampel urin wanita yang berusia antara 11 hingga 18 minggu dari kehamilan mereka. Sampel-sampel tersebut diuji untuk produk sampingan ftalat (DEHP, DiNP, dan MBzBP). Mereka kemudian menguji perkembangan dan perilaku anak peserta pada usia dua tahun.

Dikatakan kalau anak laki-laki yang terpapar bahan kimia DEHP dengan kadar yang lebih tinggi selama trimester pertama, cenderung memiliki perkembangan yang lambat dalam hal interaksi sosial dan berkomunikasi. Skor mereka pada reaktivitas emosional, kecemasan dan depresi juga rendah.

Namun, tes tersebut tidak menunjukkan adanya perbedaan dalam perkembangan anak perempuan.

“Penelitian kami menambah bukti yang semakin banyak yang menyoroti perlunya kesadaran lingkungan yang lebih besar, dan tindakan untuk meminimalkan paparan bahan kimia berbahaya selama kehamilan,” kata Cohen-Eliraz. (bnt/bil)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs