Sabtu, 23 November 2024

Widodo Legenda Timnas Indonesia Kenang Momen Bersejarah 2 Kali Bobol Gawang Lazio

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Widodo Cahyono Putro legenda Timnas Sepak Bola Indonesia (kiri) bersama Ade Govinda musisi (tengah) dan Jacksen F. Tiago mantan pemain dan pelatih Persebaya Surabaya (kanan) waktu mengisi talkshow Forza Lazio di Suara Surabaya Center, Minggu (3/9/2023) malam. Foto: Billy suarasurabaya.net

Widodo Cahyono Putro legenda Timnas Sepak Bola Indonesia menceritakan kenangannya sukses dua kali membobol gawang Lazio dalam pertandingan persahabatan antara Super Bintang Indonesia melawan Tim Ibukota Italia itu, tahun 1995 silam.

Kala itu, Indonesia yang diperkuat pemain top macam Kurnia Sandy, Yeyen Tumena, Robby Darwis, hingga Eri Irianto, Fakhri Husaini, Ansyari Lubis, beserta Widodo sendiri, menantang Lazio yang masih diperkuat Giuseppe Signori, Giuseppe Favalli dan Paolo Negro dalam pertandingan di Stadion Utama Senayan yang kini bernama Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta.

Kata Widodo, meski timnya kalah telak 6-2 dari tim peraih dua gelar scudetto atau juara Liga Italia itu, banyak pengalaman yang tak mungkin bisa dilupakan. Di antaranya dua gol yang dia cetak sehingga melahirkan chant atau nyanyian “Lazio Ae Jebol” yang ikonik oleh para suporter sepak bola tanah air.

“Itu menurut saya sejarah, di mana Lazio kan pemain-pemainnya ada Signori, tapi saya bisa cetak dua goal. Meskipun, legenda timnas kita waktu pertandingan itu kan (ibarat) perang bintang dan kita kalah 6-2, tapi saya bisa memasukkan dua gol dan itu sekali lagi sejarah,” bebernya kepada suarasurabaya.net, usai menjadi pembicara bersama Jacksen F. Tiago dalam talkshow Forza Lazio di Suara Surabaya Center, Minggu (3/9/2023) malam.

Selain sukses mengemas dua gol, lanjutnya, hal tak terlupakan lainnya adalah atmosfer pertandingan. Apalagi, Lazio yang dihadapi waktu itu merupakan salah satu tim terkuat Eropa.

“Tentunya eforianya sangat berbeda, karena ini melawan pemain-pemain dunia dan pasti disiarkan secara mendunia juga, jadi persiapan saya juga benar-benar luar biasa. Terus bagaimana saya mengatasi eforia waktu itu? Ya fokus total untuk pertandingan, ini mungkin gak bisa diulang lagi lah,” tambahnya.

Dari pertandingan itu, menurutnya juga banyak pelajaran yang bisa diambil, terutama soal pola permainan klub-klub Eropa. Para pemain klub top dunia sangat cakap dalam positioning (penempatan posisi), serta memiliki reflek yang cepat.

“Saya sering main ke luar negeri waktu membela Timnas, jadi saya pelajari itu. Mereka (pemain Eropa) kalau misalkan kita mau pergerakan ke kiri, dia pasti cepat mengantisipasi itu. Kalau di sepak bola tanah air, pemain lawan gerak ke sisi kiri kadang kita masih sulit mengikuti,” bebernya.

Coach Widodo sapaan akrabnya pada kesempatan itu juga turut berkomentar soal perkembangan sepak bola tanah air saat ini. Khususnya, soal banyaknya agenda pertandingan antara timnas dengan negara-negara penghuni rangking top FIFA.

Menurutnya, pertandingan-pertandingan seperti itu memang bagus untuk pengalaman pemain dan manajemen di PSSI sendiri. Namun, dia berharap agar terus dilakukan secara bertahap dan konsisten.

“Kalau itu hanya untuk eksibisi tidak apa-apa. Tapi kalau kita menghadapi suatu turnamen atau kompetisi berikutnya ya memang harus ada tahapan-tahapan yang paling penting,” katanya.

Widodo yang juga pernah membela Persebaya Surabaya itu juga berpesan, agar para pemain muda yang saat ini membela Timnas maupun klub terlebih dulu fokus pada sepak bola, bukan hal yang lain.

“Saya harap sekarang lebih fokus, kalau kamu (pemain muda) mau terjun di dunia sepak bola, ya 100 atau 1000 persen lebih fokus untuk sepak bola dulu,” ucapnya. (bil/ham)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
27o
Kurs