Sabtu, 23 November 2024

Bangladesh Pelajari Pelayanan Haji Indonesia

Laporan oleh Zumrotul Abidin
Bagikan
Ilustrasi. Jamaah Calon Haji (JCH) Embarkasi Surabaya melakukan tes kesehatan dan rekam biometrik di ruang Mina dan Zaitun Asrama Haji Sukolilo Surabaya, Senin (16/7/2018). Foto: Abidin suarasurabaya.net

Perwakilan misi haji Bangladesh mempelajari pengelolaan pelayanan haji Indonesia untuk meningkatkan pengetahuan soal layanan jamaah haji kepada rakyatnya.

Amin Ullah Nuri Perwakilan misi haji Bangladesh ABN memuji penyelenggaraan pelayanan haji Indonesia karena bisa melayani dengan baik jamaah dalam jumlah besar sejak pendaftaran sampai pelaksanaan ibadah haji di Arab Saudi.

Mohammad Khanif Kepala Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Daerah Kerja Madinah mengatakan, kegiatan studi banding itu juga menjadi ajang tukar pikiran mengenai pengelolaan pelayanan haji untuk memperbaiki pelayanan.

“Studi banding dibutuhkan dalam rangka menggali juga bagaimana pelayanan jamaah mereka,” katanya di Madinah, Sabtu (8/9/2018).

Dia menjelaskan bahwa dalam sistem penyelenggaraan pelayanan haji di Bangladesh, swasta lebih banyak berperan karena kuota haji khusus negara Asia Selatan itu 100 ribu lebih sedangkan haji regulernya hanya tujuh ribu orang.

Sementara Indonesia, kuota hajinya meliputi 204 ribu pendaftar layanan haji reguler dan 17 ribu pengguna layanan haji khusus.

“Justru kebalikan dari Indonesia, yang lebih banyak mengelola ibadah reguler ketimbang khusus,” kata dia dilansir Antara.

Biaya pelayanan haji reguler Bangladesh, menurut dia, juga lebih mahal dibanding haji khusus karena penginapan jamaah reguler berada dekat dengan area utama ibadah.

Selain Bangladesh, menurut Khanif, India mempelajari pengelolaan pelayanan haji Indonesia.

Ia menjelaskan bahwa India menggunakan sistem undian untuk menentukan keberangkatan jamaah haji, tidak seperti Indonesia yang menerapkan sistem urutan sesuai waktu pendaftaran.

“Melihat sistem di Indonesia dianggap bagus, India tertarik, katanya tahun depan akan mencontoh dan mengubah model pemberangkatan jamaahnya,” kata Khanif.

Ia mengatakan studi banding penyelenggaraan pelayanan haji antarnegara bagus untuk mendukung perbaikan layanan.

“Menurut saya ini hal penting sehingga kita bisa belajar juga dari mereka hal-hal positif, apa yang bisa kita tingkatkan dan juga menerima masukan dari mereka,” katanya. (ant/bid)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
31o
Kurs