Sabtu, 23 November 2024

Sosiolog Unair: Keluarga dan Masyarakat Harus Turut Serta Berantas Judi Online

Laporan oleh Muhammad Syafaruddin
Bagikan
Ilustrasi perjudian online. Foto: Pixabay

Indonesia darurat judi online, begitu kata Budi Arie Setiadi Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo). Menurut Budi, para pelaku makin berani dan terang-terangan mempromosikan judi online via media sosial.

Budi Arie mengajak lebih banyak pihak untuk berkolaborasi memberantas praktik judi online di Indonesia. Sebab korbannya bukan hanya dari kalangan dewasa saja, anak-anak pun banyak terjerat.

Prof. Dr. Bagong Suyanto Pakar Sosiologi Universitas Airlangga (Unair) mengamini apa yang disampaikan oleh Menkominfo. Katanya, kemajuan teknologi informasi membuat judi makin masif.

“Sekarang buka apapun lewat handphone, komputer atau laptop, tawaran untuk judi itu selalu ada. Artinya, ini telah berada dalam taraf yang betul-betul mencemaskan,” kata Bagong dalam program Wawasan Radio Suara Surabaya, Rabu (30/8/2023) pagi.

Bagong tak menampik bahwa negara telah hadir untuk memblokir situs-situs judi tersebut. Kemenkominfo telah memblokir 846.047 yang memuat konten judi online pada periode 2018 hingga 19 Juli 2023.

“Hanya saja, ketika sebuah situs diblokir, selalu muncul situs judi lain yang memanfaatkan celah di teknologi informasi,” ucap Bagong.

Dalam kajian yang pernah ia tulis, Bagong menjelaskan bahwa judi terjadi karena masyarakat memiliki mental jalan pintas. Mereka yang frustasi menghadapi situasi ekonomi, menjadi tergoda untuk ikut judi online dengan harapan yang sebenarnya tidak pernah tercapai.

“Perjudian itu dilakukan lintas kelas. Kalau orang kaya mereka berjudi di kasino di luar negeri. Yang bahaya ketika judi menggoda kalangan menenangah ke bawah. Mereka mau memperbaiki nasib, ini yang membuatnya menoleh ke godaan jalan pintas, dalam hal ini perjudian,” jelas Bagong.

Bagong menambahkan, ada dua kategori pejudi, yakni rasional dan irasional. Pejudi rasional menganggap judi sebagai semacam pekerjaan. Sehingga mereka benar-benar menghitung segala hal.

Sedangkan pejudi yang irasional biasanya tidak melakukan kalkulasi tersebut. Mereka berjudi untuk mengejar mimpi-mimpinya yang sayangnya tidak akan tercapai tersebut. Yang ada mereka malah menjadi adiktif. Hingga menyebabkan tindakan kriminal atau bahkan bunuh diri.

“Sayangnya (pejudi) di Indonesia banyak yang irasional,” aku Bagong.

Bagong sepakat dengan apa yang disampaikan Menkominfo bahwa Indonesia sudah darurat judi online. Oleh karena itu, selain dari pemerintah, ia menekankan tentang peran serta masyarakat. Mulai dari tokoh agama hingga keluarga untuk mencegah orang tergoda perjudian.

“Mau penawaran segencar apapun, kalau masyarakat memiliki konstruksi kuat, saya kira tidak akan tergoda untuk ikut judi,” ujarnya.

Negara dan masyarakat bisa membagi tugas. Negara wajib menggencarkan upaya pemberantasan bandar judi. Sementara masyarakat bertugas untuk menjaga keluarga atau lingkungannya dari kecanduan judi online.

“Judi adalah perilaku adiktif yang susah dikendalikan kalau korbannya terlanjur terperangkap. Jadi yang ideal adalah mencegah sejak dini. Dalam kasus anak yang terpapar judi, jika keluarga atau lingkungan membiarkan anak untuk melewati batas, termasuk judi, mereka akan kebablasan,” jabarnya.

Bagong tidak mengharapkan pejudi ini bisa setop ketika mendapatkan hidayat atau teguran dari Tuhan. Untuk itu, sebelum mereka terjerat, keluarga atau masyarakat harus mencegah kerabat atau warganya dari godaan judi online.

“Baiknya sebelum mereka kecanduan, dicegah agar tidak parah. Peran orang terdekat bisa sangat kuat untuk mencegah anggota keluarga tidak terjerumus,” tuturnya. (saf/iss)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
30o
Kurs