Brantas bukan sekadar sungai. Menurut Purnawan Basundoro sejarawan sekaligus Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga(Unair), Sungai Brantas laksana living museum yang mampu menggambarkan perjalanan Bangsa Indonesia. Utamanya di kawasan timur Pulau Jawa.
Sungai Brantas merupakan terpanjang kedua di Pulau Jawa. Panjangnya 320 kilometer. Sungai Brantas memiliki mata air yang berasal yang asalnya dari Desa Sumber Brantas, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur (Jatim). Tepatnya di kaki Gunung Arjuno.
Sungai Brantas mengaliri banyak kota di Jawa Timur. Mulai dari Kota Batu, Kediri, Jombang, Blitar, Malang, Nganjuk, Tulungagung, Mojokerto, Sidoarjo, Gresik, Pasuruan, hingga Kota Surabaya.
“Sungai merupakan elemen penting bagi terbentuknya peradaban. Hampir semua peradaban dunia terbentuk dari lembah sungai. Ini juga terjadi di Jawa Timur di mana hampir semua peradaban awal di Jatim berasal dari lembah Sungai Brantas,” kata Purnawan ketika mengudara di Radio Suara Surabaya, Senin (21/8/2023) sore.
Peran vital Sungai Brantas sudah berlaku sejak ribuan tahun lalu. Sungai ini tidak hanya menjadi cikal bakal peradaban, melainkan menjadi sumber kehidupan masyarakat di Jatim. “Pun hingga kini sebagian besar bahan baku air minum di Surabaya atau Sidoarjo berasal dari Sungai Brantas,” sebutnya.
Dengan Sungai Brantas sebagai kehidupan masyarakat Jawa Timur, Purnawan mengingatkan soal pentingnya kesadaran masyarakat untuk merawat sungai. Masyarakat tak boleh mengabaikan realitas sungai. Sebab Sungai Brantas sudah menjadi bagian dari masyarakat itu sendiri selama ribuan tahun.
“Sebab, melalui kacamata Sungai Brantas, kita bisa memandang masa lalu Jawa Timur. Brantas sudah menjadi orientasi utama dari kehidupan masa lalu,” bilang Purnawan Basundoro.
Untuk mengingatkan tentang peran penting Sungai Brantas bagi masyarakat di Jawa Timur, Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XI Jatim mengadakan sebuah event seru bernama “Brantas Acarita 2023”. Gelaran ini dilangsungkan di tiga daerah, yakni Kota Batu, Kota Kediri, dan Jombang.
“Brantas merupakan sungai yang menyimpan banyak cerita dari masa lalu. Sungai Brantas punya nilai penting bagi masyarakat Jawa Timur,” kata Endah Budi Heryani Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XI Jawa Timur.
Melalui “Brantas Acarita 2023”, menurut Endah, pihaknya ingin mendekatkan kembali Sungai Brantas dengan masyarakat. Serta menggunakan Sungai Brantas sebagai media untuk menceritakan masa lalu, tapi dengan pendekatan kebudayaan.
Rangkaian acara “Brantas Acarita 2023” akan dimulai dari Kota Batu pada Selasa (22/8/2023) besok. Diawali dengan kegiatan bertajuk “Rawat Brantas untuk Kehidupan Berkelanjutan” di Arboretum Sumber Brantas.
Pelbagai kegiatan akan dilakukan di mata air Sungai Brantas itu. Mulai dari penanaman pohon, atraksi seni Tari Topeng Sekartaji, serta doa bersama.
“Kegiatan ini bertujuan untuk melestarikan tradisi atau ritus di masyarakat yang tinggal di kawasan sumber mata air. Juga mengenalkan tradisi tersebut kepada generasi muda,” jelas Endah.
Event “Brantas Acarita 2023” akan dilanjutkan ke Kota Kediri pada 7-9 September, dengan fokus kegiatan di Taman Sekartaji. Mengingat hari pelaksanaan yang lebih panjang, kegiatan yang disajikan pun lebih beragam.
Menurut Endah, selama tiga hari tersebut masyarakat akan disajikan acara pameran, dialog budaya, bazaar UMKM, atraksi kesenian wayang potehi, kesenian jemblung, ketoprak, peragaan busana, hingga jelajah kota lama di Kediri.
Rangkaian “Brantas Acarita 2023” akan dipungkasi di Jombang pada 13-15 September di kawasan Desa Losari, Kecamatan Ploso. Acara akan dikemas dengan workshop konten kreatif untuk pelajar. Serta ekspresi kesenian yang diikuti oleh sanggar seni maupun siswa-siswi di Jombang.
“Silahkan masyarakat datang ke lokasi. Dibuka untuk umum. Khusus yang di Kota Batu memang terbatas. Tapi di Kediri maupun Jombang terbuka untuk masyarakat. Monggo, silahkan hadir,” ajak Endah. (saf/ipg)