Jumat, 22 November 2024

Jokowi: Presiden Berikutnya Harus Dipercaya Publik dan Berani Ambil Keputusan Tidak Populer

Laporan oleh Farid Kusuma
Bagikan
Jokowi Presiden menyampaikan pidato kenegaraan pada Sidang Tahunan MPR RI, Rabu (16/8/2023), di Gedung Nusantara, Senayan, Jakarta. Foto: Agus Suparto

Joko Widodo Presiden, hari ini, Rabu (16/8/2023), menghadiri Sidang Tahunan MPR RI dan Sidang Bersama DPR RI dan DPD RI, di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta.

Dalam pidatonya di hadapan ratusan legislator dan tamu undangan, kepala negara itu menyampaikan sejumlah faktor penting untuk meraih kemajuan.

Antara lain, konsistensi reformasi struktural terutama penyederhanaan regulasi, kemudahan perizinan, kepastian hukum dan pencegahan korupsi.

Menurut Jokowi, kepemimpinan mendatang sangat menentukan masa depan bangsa dan negara Indonesia.

Maka dari itu, dia berharap siapa pun yang nanti jadi presiden berani dan konsisten bekerja sesuai dengan pola yang sudah mulai dibangun pemerintah periode sekarang.

“Ini bukan tentang siapa yang jadi presidennya. Bukan itu. Tapi, apakah sanggup atau tidak untuk bekerja sesuai dengan apa yang sudah dimulai saat ini? Apakah berani atau tidak? Mampu konsisten atau tidak? Yang dibutuhkan itu adalah napas yang panjang karena kita tidak sedang jalan-jalan sore. Kita juga tidak sedang lari sprint, tapi yang kita lakukan harusnya adalah lari marathon untuk mencapai Indonesia Emas,” ujarnya.

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu melanjutkan, bonus demografi yang akan diprediksi mencapai puncaknya sekitar tahun 2030 adalah peluang besar untuk meraih Indonesia Emas 2045. Karena, pada momen itu, 68 persen penduduk Indonesia usia produktif.

Peluang besar lainnya adalah kepercayaan dunia internasional kepada Indonesia berkat peran dan bukti nyata keberanian Indonesia dalam bersikap.

Lembaga think tank Australia Lowy Institute menyebut Indonesia sebagai middle power in Asia dengan diplomatic influence yang terus meningkat tajam. Bahkan, Indonesia termasuk dalam enam negara Asia yang mengalami kenaikan comprehensive power.

“Tapi, kemudian ada yang bilang memang kenapa dengan international trust yang tinggi? Rakyat kan makannya nasi, international trust enggak bisa dimakan. Ya memang enggak bisa. Sama seperti jalan tol enggak bisa dimakan. Nah, itu contoh menghabiskan energi untuk hal tidak produktif. Tapi, enggak apa-apa, saya malah senang. Memang harus ada yang begitu supaya lebih berwarna, supaya tidak monoton,” katanya.

Dengan international trust yang tinggi, sambung presiden, kredibilitas Indonesia lebih diakui, kedaulatan Indonesia lebih dihormati, dan
suara Indonesia akan lebih didengar.

“Itu akan memudahkan Indonesia bernegosiasi. Peluang tersebut harus mampu kita manfaatkan. Rugi besar kalau melewatkan kesempatan itu, karena tidak semua negara memilikinya dan belum tentu kita akan kembali memilikinya,” tegasnya.

Lebih lanjut, Jokowi Presiden bilang tantangan ke depan tidak mudah dan pilihan kebijakan akan semakin sulit. Sehingga, butuh keberanian serta kepercayaan untuk mengambil keputusan yang sulit dan tidak populer.

Presiden bilang, pemimpin harus punya public trust karena kepercayaan adalah salah satu faktor penentu.

Bisa berjalannya suatu kebijakan dan bisa dilaksanakannya sebuah keputusan merupakan modal politik dalam memimpin. Selain itu, Jokowi mengatakan seorang pemimpin membutuhkan dukungan dari seluruh komponen bangsa. (rid/ham)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
31o
Kurs