Jumat, 22 November 2024

Mahasiswa Untag Surabaya Buat Inovasi Pemetaan Penyebaran Gizi Buruk

Laporan oleh Risky Pratama
Bagikan
Rizky Fajar Hidayat mahasiswa program studi (Prodi)Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya bersama Supangat dosen pembimbing saat menerapkan inovasi Pemetaan Penyebaran Gizi Buruk dengan Algoritma K-means Clustering, Selasa (15/8/2023). Foto: Risky suarasurabaya.net

Untuk mengetahui penyebaran gizi buruk di Jawa Timur, Rizky Fajar Hidayat mahasiswa program studi (Prodi)Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya, membuat sistem pemetaan data.

Inovasi pemantau penyebaran gizi buruk yang dibuat dengan Algoritma K-means Clustering itu, untuk meningkatkan sistem pemetaan milik Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Timur saat ini.

“Data ini menggunakan dari data Dinas Kesehatan, untuk tahun penelitiannya dimulai dari tahun 2020 sampai 2022. Mengeceknya kita masuk ke halaman kemudian melihat status informasinya gizi buruk itu, nanti ada status verifikasinya,” ucapnya di Untag Surabaya pada Selasa (15/8/2023).

Ia mengatakan bahwa hasil inovasi tersebut memiliki keunggulan bisa digunakan menjadi dua arah, atau bukan hanya penampilan data yang didapat dari pihak pemerintah saja, tetapi masyarakat juga bisa turut menampilkan laporan di lapangan jika menemukan perbedaan.

“Terdapat fitur laporan yang diperuntukkan untuk masyarakat yang melaporkan kasus atau terindikasi gizi buruk, kemudian bisa dilaporkan di sini, karena ada fitur admin untuk dinkes, supaya bisa memvalidasi dari laporan masyarakat tersebut,” ucapnya.

Dengan pembaruan cara pemetaan yang berhasil dibuat itu, ia berharap data gizi buruk di Jatim dapat diperoleh dengan akurat atau sesuai dengan yang ada di lapangan.

“Harapannya juga untuk membantu dinas kesehatan agar mempermudah dan mengantisipasi risiko meninggalnya gizi buruk pada pasien,” tuturnya.

Sementara itu, Supangat dosen pembimbing menambahkan, inovasi tersebut juga dilengkapi dengan adanya kriteria gizi buruk dan stunting, sehingga secara otomatis sistem dapat mendeteksi pelaporan yang ada.

“Seperti ini, memudahkan pemerintah dalam pengolahan datanya. Jadi keunggulan dari aplikasi ini salah satunya memudahkan proses pengklasteran data yang begitu banyak,” ujarnya

Selain itu, inovasi tersebut juga sudah mendukung adanya visualisasi dalam data yang disajikan.

“Jadi, dalam laporan pemetaan tidak hanya angka-angka saja,” pungkasnya.(ris/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
28o
Kurs