Menurut rilis Surabaya Survey Center (SSC) pada Rabu (9/8/2023), elektabilitas Khofifah Indar Parawansa Gubernur Jawa Timur dan Tri Rismaharini Menteri Sosial menempati dua teratas dalam bursa calon gubernur Jatim.
Khofifah sebagai petahanan mengungguli Risma dengan elektabilitas sebesar 34 persen. Sementara Risma berada di bawah Khofifah dengan elektabilitas 18,4 persen.
Kata Mochtar W. Oetomo Direktur SSC, apabila Khofifah dan Risma menjadi sebagai kontestan dalam Pilgub Jatim 2024 mendatang, pertarungannya bakal berlangsung sengit.
Sebab, selain menjadi tokoh representasi pemimpin perempuan, keduanya juga mewakili kaum nasionalis dan Nahdliyin.
“Pertarungan antara merah dan hijau secara ideologi Bu Risma mewakili kaum nasionalis, sementara Bu Khofifah mewakili kaum Nahdliyin,” ujar Mochtar.
Mochtar juga menyebut munculnya Risma dalam hasil survei bursa Gubernur Jatim disebabkan adanya pergeseran ideologi dan kekuatan politik di Jatim.
“Sebelum Pemilu 2019, Jatim kuat hijaunya. Tetapi pada Pemilu 2019 ada pergeseran meski belum tebal, tetapi merah mulai kuat,” ujarnya.
“Kalau diakumulasikan partai-partai merah atau nasionalis dengan hijau maka lebih tinggi partai-partai merah,” imbuh Mochtar.
Meski begitu, Mochtar menegaskan kalau potensi Khofifah bertemu Risma dalam Pilgub 2024 mendatang belum tentu terjadi. Sebab pencalonan Cagub-Cawagub Jatim juga bergantung pada peta politik Pemilihan Presiden (Pilpres).
“Saya rasa masih jauh karena tergantung hasil Pilpres, peta koalisi pilpres akan berubah. Sekarang koalisi ada tiga, bisa jadi setelah Pilpres menjadi satu atau dua,” tuturnya.
Mochtar menambahkan, masih banyak berbagai kemungkinan yang berubah sewaktu-waktu. Sebab politik berlangsung secara dinamis, meskipun pesta demokrasi serentak tinggal menghitung waktu.
Menurutnya jika mengacu pada nalar politik, Khofifah dan Risma bisa saja maju sebagai pasangan Bakal Cagub dan Bakal Cawagub Jatim, namun salah satu di antara mereka harus rela meredam ego kekuasaan.
“Secara nalar politik dimungkinkan tetapi nalar psikologi politik sulit, penempatan mereka sama-sama di posisi satu, sulit mengharapkan salah satu mengalah jadi nomor dua,” ucap Mochtar.
Sebagai informasi, penelitian yang dilakukan SSC berlangsung sejak tanggal 25 Juli sampai 3 Agustus 2023. Berlangsung di 38 kabupaten dan kota se-Jawa Timur dengan mengambil 1.200 responden menggunakan metode stratified multistage random sampling dengan margin of error kurang lebih 2,83 persen dan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen. (wld/saf/ipg)