Dwikorita Karnawati Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengatakan, fenomena El Nino memicu kekeringan di berbagai wilayah Indonesia.
Fenomena itu juga yang membuat cuaca di Jakarta serta sejumlah kota besar lainnya terasa lebih panas dalam beberapa pekan belakangan.
Menurutnya, cuaca panas dan kekeringan akibat El Nino akan terus terjadi beberapa bulan ke depan sampai November 2023.
Sementara, puncak musim kemarau yang kering diprakirakan terjadi sampai pekan terakhir bulan Agustus.
Pernyataan tersebut disampaikan Dwikorita, siang hari ini, Rabu (9/8/2023), usai Rapat Kabinet Paripurna, di Istana Kepresidenan Jakarta.
“Puncak musim kemarau kering Agustus-September. Kalau puncak El Nino itu sebetulnya masih nanti sekitar Oktober-November. Trennya semakin ke pertengahan, akhir Agustus hingga September itu keringnya semakin meningkat, semakin puncak keringnya. Nanti setelah masuk Oktober mulai berkurang, mulai berkurang tapi masih kering. Nah, diprediksi hujan November. Sebetulnya El Ninonya masih terjadi bahkan semakin puncak. Tapi, kita diuntungkan November itu diprediksi sudah hujan, jadi pengaruh El Nino akan kalah dengan musim hujan,” ujarnya.
Sebelumnya, Ahmad Fachri Radjab Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG mengungkapkan, sekitar 63 persen dari total 699 wilayah zona musim di Indonesia terkena imbas fenomena El Nino. Sehingga, musim kemarau menjadi lebih kering.
Dampak El Nino yang paling terasa di Indonesia, kata Fachri adalah berkurangnya curah hujan.
Berdasarkan prakiraan hujan bulanan BMKG, beberapa wilayah dengan intensitas hujan yang masuk kategori rendah antara lain di sebagian besar Pulau Sumatra, termasuk Riau, Bengkulu, Lampung, serta hampir seluruh wilayah Pulau Jawa.
Kemudian, di wilayah Bali, NTB, NTT, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara.(rid/ipg)