Sabtu, 23 November 2024

Lima Pemateri Malaysia di Surabaya Bahas Inovasi Limbah Batu Bara

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
Pakar asal Malaysia di konferensi internasional membahas batu bara di Universitas Narotama, Surabaya. Foto: Istimewa

Fakultas Teknik Universitas Narotama Surabaya menghadirkan 5 orang pakar teknik dari Malaysia dalam International Conference, Workshop, and Call For Paper; Industry 4.0 Construction, Transportation, and Sustainable Development, Senin (17/9/2018).

Dr. Ir. Koespiadi, M.T., Dekan Fakultas Teknik, mengatakan masalah lingkungan berupa perubahan iklim dan deforestasi serta yang lainnya sudah terjadi. Untuk mengatasinya pun dibutuhkan inovasi yang tumbuh secara pesat.

“Teknologi menghubungkan kebutuhan dengan adanya inovasi yang muncul secara berkala. Teknologi juga memegang nilai ekonomi dan identitas untuk generasi masa depan,” terang Koespiadi.

Associate Prof. TS. Dr. Mohd. Haziman Wan Ibrahim, Wakil Dekan I Fakultas Sipil dan Teknik Lingkungan dari Universiti Tun Hussein Onn Malaysia (UTHM), satu diantara pemateri dari Malaysia menyampaikan pihaknya fokus membahas inovasi menjadikan limbah batu bara sebagai sumber energi yang baru.

“Batu bara adalah sumber energi power plant yang utama di banyak negara, termasuk Indonesia. Penggunaannya yang tinggi membuat limbahnya juga tinggi. Penggunaan batu bara di dunia adalah sebanyak 41 persen dan bisa menghasilkan 164,4 triliun watt/jam,” papar Haziman Wan Ibrahim.

Limbah atau hasil samping dari penggunaan batu bara terdiri atas 2 tipe, yaitu fly ash dan coal bottom ash. Coal bottom ash, menurut Haziman, sudah mulai menggunung di Malaysia dan tidak bisa digunakan.

“Limbah ini menjadi masalah lingkungan karena hanya menumpuk saja. Lama-kelamaan pun akan terserap ke bawah tanah dan mempengaruhi kualitas air tanah,” ungkap Haziman.

Saat ini, Haziman berusaha menjadikan limbah batu bara, yaitu coal bottom ash untuk dijadikan sebagai sumber energi yang sama dengan batu bara dan bukan sekadar menjadi limbah.

“Harus segera ada inovasinya karena produksi dan penggunaan batu bara cukup besar. Indonesia tiap tahunnya memproduksi sekitar 400 juta ton batu bara. Sedangkan yang terbanyak adalah Tiongkok yang memproduksi 3.242 juta ton batu bara,” ujar Haziman.

Hasil konferensi internasional ini akan diwujudkan dalam bentuk publikasi ilmiah jurnal internasional yang terindeks Scopus, sehingga bisa menjadi acuan untuk penelitian masa mendatang.

Sementara itu, Dr. Arasy Alimudin, M.M, Rektor Universitas Narotama, pada kesempatan ini menyampaikan teknologi sebagai pemegang inovasi masa depan.

Dari mulai transportasi, energi, air, gedung, dan aspek lainnya. Teknologi pun menjadi model bisnis baru yang bisa terus berkembang sesuai pergerakan zaman.

“Namun demikian, transformasi dengan teknologi tidak mungkin terjadi begitu saja. Tapi dibutuhkan kontribusi nyata dari para pakar teknologi, akademisi, dan investor. Harapannya konferensi ini bisa menjadi wadah untuk menampung ide inovasi terkait tema yang diangkat kali ini,” pungkas Arasy Alimudin.(tok/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs