Sabtu, 23 November 2024

Ngawi Dipilih Jadi Penyangga Lumbung Pangan untuk Hadapi El Nino

Laporan oleh Muhammad Syafaruddin
Bagikan
Syahrul Yasin Limpo Menteri Pertanian (Mentan) bersama Ony Anwar Harsono Bupati Ngawi dan pejabat lainnya melakukan panen padi, di Desa Kresikan, Kecamatan Geneng, Ngawi, Jawa Timur, Senin (24/7/2023). Foto: Antara

Syahrul Yasin Limpo Menteri Pertanian (Mentan) tetapkan Kabupaten Ngawi di Jawa Timur (Jatim) sebagai daerah penyangga lumbung pangan apabila fenomena alam El Nino melanda Indonesia pada musim kemarau 2023.

“Hari ini di daerah ini, yakni wilayah Kecamatan Geneng, kami bersepakat membooster dengan mengoptimalkan lahan yang ada mulai Agustus untuk hamparan 1.000 hektare. Harapan kami, ini nanti yang menyangga kalau memang ada El Nino,” ujarnya dilansir Antara pada Senin (24/7/2023).

Syahrul berpendapat bahwa upaya persiapan tersebut dilakukan dengan memberikan bantuan benih, pupuk organik, dan alat serta mesin pertanian (alsintan) modern, agar hasil produksi padi semakin meningkat.

Adapun petani juga mendapatkan bantuan pinjaman KUR, sehingga dapat tetap berproduksi dengan bunga rendah.

Menurut data, panen petani daerah setempat mampu menghasilkan gabah hingga delapan ton per hektare. Hasil tersebut di atas normal yang berkisar enam hingga tujuh ton per hektare.

“Dengan melihat hasil panen seperti ini, maka daya tahan Ngawi pasti bisa berkontribusi untuk kepentingan Jatim dan nasional,” ujar Syahrul.

Jajarannya juga meminta kepala daerah serta Forkopimda setempat ikut membantu dalam mengawasi persiapan tersebut. Sehingga penyediaan daerah lumbung pangan dapat maksimal.

Saat ini Kementerian Pertanian RI telah melakukan mitigasi dengan membagi tiga kategori daerah dalam menghadapi fenomena El Nino, yakni daerah hijau yang memiliki kapasitas air cukup banyak dalam kondisi apa pun.

Kemudian, daerah yang pas-pasan airnya, yakni daerah yang membutuhkan intervensi teknologi dan mekanisasi beragam untuk mendukung kegiatan pertanian, serta yang terakhir adalah daerah merah.

“Daerah merah inilah yang perlu kita persiapkan lumbungnya, karena tidak memiliki suplai air,” tuturnya.

Selain mitigasi, upaya adaptasi terhadap fenomena El Nino merupakan upaya yang penting dalam kegiatan budi daya pertanian. Bagi wilayah-wilayah yang masih memiliki ketersediaan air yang cukup, disarankan melakukan percepatan tanam.

Efisiensi, efektivitas, dan optimalisasi serta pencegahan terhadap pemakaian air merupakan kunci keberhasilan budi daya pada saat El Nino.

Selain itu, upaya adaptasi juga dapat dilakukan dengan menggunakan jenis benih yang toleran terhadap kekeringan.

Peran pemerintah sebagai pengatur kebijakan juga akan menentukan keberhasilan sektor pertanian menghadapi El Nino. Dengan para penyuluh pertanian yang ada di lapangan menjadi garda terdepan bersama petani dalam menjaga ketersediaan pangan nasional melalui produksi domestik dan menjaga kontribusi sektor pertanian dalam perekonomian. (ant/bnt/saf/ham)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
27o
Kurs