Jumat, 22 November 2024

Bapanas Sebut Fluktuasi Harga Telur dan Ayam Proses Menuju Kesetimbangan Baru

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Pedagang telur di pasar tradisional. Foto: Ilustrasi

Arief Prasetyo Adi Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) mengatakan, fluktuasi harga telur ayam maupun daging ayam di pasaran merupakan proses menuju kesetimbangan baru, karena adanya kenaikan biaya pokok produksi yang membebani produsen.

“Jadi kenaikan harga yang ada di lapangan saat ini sedang membentuk kesetimbangan baru dimana harga telur dan ayam broiler tidak terlepas dari struktur biaya yang membentuk harga di tingkat hilir,” kata Arief, di Jakarta, Jumat (21/7/2023).

Arief mencontohkan mekanisme kenaikan harga dengan naiknya harga DOC (Day Old Chick) yang sebelumnya Rp5.000 saat ini sampai Rp8.000 per ekor. Kemudian harga jagung yang dulunya Rp3.150 per kg saat ini Rp5.000 per kg. Bahkan sebelumnya sampai di atas Rp6.000 per kg, dilansir Antara.

“Oleh karena itu, tugas kita bersama menjaga kewajaran harga di tiga lini, yaitu di tingkat produsen, pedagang, dan konsumen sesuai arahan Bapak Presiden,” ujarnya.

Dia menambahkan, NFA telah mengeluarkan regulasi yang mengatur kenaikan harga acuan melalui Peraturan Badan Pangan Nasional (Perbadan) 5 Tahun 2022 tentang Harga Acuan Pembelian di Tingkat Produsen dan Konsumen Komoditas Jagung, Telur Ayam Ras, dan Daging Ayam Ras. Kebijakan tersebut bertujuan untuk mengatasi disparitas harga produksi dan harga jual ayam di pasaran.

Dia menambahkan, Bulan Januari kemarin, peternak ayam dan ayam petelur sudah banyak merugi dan tutup, karena tidak sesuainya biaya produksi dengan harga jualnya.

“Tentu kita tidak ingin para produsen ini berhenti berproduksi, sebab ketika peternak berhenti berproduksi maka neraca akan defisit kita tidak dapat memenuhi kebutuhan protein dari unggas dari produksi dalam negeri. Ini yang kita hindari,” ujar Arief.

Lebih lanjut, dia mengungkapkan, dalam menjaga keseimbangan harga tersebut, pihaknya melakukan sejumlah langkah strategis dan menyeluruh dari aspek hulu hingga hilir.

Selain mengeluarkan regulasi terkait harga acuan, NFA juga mendorong stabilitas pasokan melalui Fasilitasi Distribusi Pangan (FDP) jagung pakan dari daerah surplus di wilayah Sumbawa dan Dompu, Nusa Tenggara Barat ke daerah sentra peternak di Blitar dan Kendal.

Pada saat yang sama, di tingkat hilir, pemerintah melalui penugasan kepada BUMN pangan (ID FOOD) menggelontorkan bantuan pangan berupa telur ayam dan daging ayam kepada 1,4 juta Keluarga Risiko Stunting (KRS) tiga kali di 7 provinsi.

Adanya bantuan tersebut, di satu sisi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan gizi khususnya pangan sumber protein dan mendukung penurunan stunting, di sisi lain produk peternak terserap oleh pasar dengan baik.

“Hingga saat ini, realisasi bantuan telur ayam dan daging ayam untuk tahap pertama telah mencapai 98 persen, dan saat ini sedang dalam proses pendistribusian untuk tahap kedua dan ketiga,” pungkasnya.

Adapun berdasarkan panel harga pangan NFA, dalam sepekan terakhir (14-21 Juli 2023) harga rata-rata nasional daging ayam ras di tingkat produsen stabil Rp23.880 per kg, telur ayam ras turun sekitar 0,34 persen rata-rata Rp26.570 per kg, dan jagung pipilan kering mengalami penurunan 0,21 persen rata-rata Rp4.800 per kg.

Sementara itu di tingkat konsumen daging ayam ras mengalami penurunan 0,53 persen dengan rata-rata Rp37.400 per kg, telur ayam ras turun sekitar 0,36 persen rata-rata Rp30.780 per kg, dan jagung pipilan kering mengalami penurunan 0,16 persen rata-rata Rp6.300 per kg. (ant/fra/iss)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
33o
Kurs