Sabtu, 23 November 2024

El Nino Diprediksi Mencapai Puncaknya pada Agustus-September 2023

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Dwikorita Karnawati Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memberikan keterangan pers mengenai antisipasi dampak El Nino usai mengikuti rapat kabinet di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (18/3/2023). Foto: Antara

Pemerintah mengulas persiapan antisipasi dampak El Nino, fenomena pemanasan suhu muka laut di atas kondisi normalnya di Samudra Pasifik bagian tengah yang bisa menurunkan curah hujan dan memicu kekeringan di wilayah Indonesia.

“Kami bersama Bapak Presiden dan Bapak Wakil Presiden, Bapak Menko, dan beberapa menteri membahas tentang antisipasi dan kesiapan dalam menghadapi ancaman El Nino yang diprediksi puncaknya akan terjadi di bulan Agustus-September,” kata Dwikorita Karnawati Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dilansir Antara, Selasa (18/7/2023).

Dia mengutarakan kekhawatiran terkait pengaruh El Nino terhadap ketersediaan air dan produktivitas tanaman pangan.

“Tadi sudah dikoordinasikan antisipasinya, sudah dimulai sejak bulan Februari-April, itu sudah berjalan, (tapi) perlu diperkuat,” ungkapnya.

Dwikorita juga memaparkan bahwa kebanyakan wilayah Indonesia juga sudah memasuki musim kemarau, sehingga memunculkan risiko kekeringan di daerah-daerah tertentu.

Namun, ia menambahkan, selama musim kemarau hujan yang dapat menimbulkan bencana hidrometeorologi basah seperti banjir masih berpotensi turun di bagian wilayah Indonesia, terutama yang berada di antara dua samudra, dilintasi garis khatulistiwa, dan memiliki topografi bergunung-gunung.

“Artinya bukan berarti seluruhnya serempak kering, ada di sela-sela itu yang juga bisa mengalami bencana hidrometeorologi basah,” tuturnya.

Oleh karena itu, pemerintah daerah dan warga diimbau untuk melakukan langkah-langkah mitigasi dampak cuaca selama musim kemarau.

“Selain terus menjaga lingkungan, mengatur tata kelola air, kemudian juga beradaptasi dengan pola tanam, dan juga terus memonitor perkembangan informasi cuaca dan iklim yang sangat dinamis dari waktu-waktu dari BMKG,” beber Dwikorita.

Di sisi lain, Mahfud MD Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan menyebutkan bahwa pemerintah mengantisipasi dampak cuaca terhadap produksi pangan serta menyiapkan langkah-langkah untuk mengatasinya.

“Cuaca pun kita antisipasi ini di daerah Jawa akan terjadi panas, ini dingin, itu sudah diukur satu persatu. Itu yang (juga) diurus. Kalau terjadi ini, pangan bagaimana. Tadi ada menteri pertanian, ayamnya bagaimana, telurnya bagaimana, berasnya itu bagaimana. Itu semua terkait,” pungkasnya. (ant/bnt/ham)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs