Sabtu, 23 November 2024

Tujuh Negara Unjuk Tari Kebudayaan di Jalan Tunjungan

Laporan oleh Wildan Pratama
Bagikan
Aksi peserta yang berasal dari Uzbekistan di Surabaya Cross Culture International Folk Art Festival (SCCIFAF) 2023, Minggu (16/7/2023). Foto: Frans magang suarasurabaya.net

Surabaya Cross Culture International Folk Art Festival (SCCIFAF) 2023 kembali mengundang antusiasme warga Kota Pahlawan setelah absen selama tiga tahun akibat pandemi.

Dalam festival lintas budaya ini, sebanyak tujuh negara dan sejumlah daerah asal Indonesia saling unjuk gigi tari kebudayaannya masing-masing di Jalan Tunjungan, Surabaya, Minggu (16/7/2023).

Salah satunya Tari Andijan Polka asal Negara Uzbekistan. Tarian yang sudah populer sejak 1920an itu sangat kental dengan nuansa klasik musik Uzbekistan.

Tarian ini juga menggabungkan struktur nada diatonik yang khas seperti terompet, koshnai, dan harmonika. Para pengunjung pun dibuat takjub dengan penampilan klasik ala negara Asia Tengah itu.

Selain itu juga ada tarian Salip-Chieftain asal Filipina yang mengombinasikan dari dua tarian bernama Salip dan Chieftain. Dua tarian ini berasal dari Suku Kalinga di Cordillera, Filipina.

Tari Salip dilakukan sepasang penari laki-laki dengan sekelompok penari wanita di sekitar mereka. Sementara, Chieftain adalah tarian para pemburu kepala. Di daerah Cordillera, para pria terkenal sebagai pemburu yang berani.

Selain itu, masih ada banyak lagi tarian tradisional mancanegara maupun dalam negeri yang ditampikan dalam gelaran Surabaya Cross Culture.

Eri Cahyadi Wali Kota Surabaya menaiki becak di sela Surabaya Cross Culture International Folk Art Festival (SCCIFAF) 2023 pada Minggu (16/7/2023). Foto: Frans magang suarasurabaya.net

Wiwiek Widayati Kepala Dinas Kebudayaan, Kepemudaan, dan Olahraga serta Pariwisata (Disbudporapar) Kota Surabaya menjelaskan, melalui kegiatan ini Kota Pahlawan ingin menjadi bagian sebagai ruang interaksi antarnegara melalui aktivitas kebudayaan.

“Kami mengambil peran besar. Surabaya ingin menjadi salah satu kota di Indonesia yang memperkenalkan culture, menyuguhkan aktivitas mereka,” ucap Wiwiek.

Sedangkan Mamlakat Ulasehva pemimpin kelompok tari Uzbekistan menyampaikan alasan grup tarinya ikut serta di Surabaya Cross Culture. Dia menganggap kegiatan ini cocok dengan organisasi mereka.

“Festival ini cocok dengan organisasi kami. Harapan selanjutnya kami bisa mengikuti Surabaya Cross Culture,” ujar Mamlakat.

Mamlakat mengaku sudah tinggal di Indonesia, dan sudah dua kali berada di Surabaya.

Eri Cahyadi Wali Kota Surabaya berharap melalui festival ini kerja sama antara Indonesia dan negara-negara peserta bisa lebih baik.

“Tidak hanya kerja sama dalam segi budaya saja, tapi dalam bidang-bidang yang lain,” ujarnya.

Surabaya Cross Culture International Folk Art Festival 2023 diikuti sejumlah negara, seperti Yunani, India, Korea Selatan, Meksico, Filipina, Sri Lanka, Uzbekistan, dan Prancis.

Selain itu, kegiatan tersebut juga diikuti peserta Pangkalpinang (Bangka Belitung), Badung (Bali), Kendari (Sulawesi Tenggara), Flores (NTT), DKI Jakarta, Banjarmasin (Kalimantan Selatan), Bone (Sulawesi Selatan), Polewali Mandar (Sulawesi Barat), Kota Surabaya, dan Mojokerto (Jawa Timur). (wld/saf/rid)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs