Jumat, 22 November 2024

BRIN: Hantaman Gelombang Diduga Penyebab Mahasiswa Hanyut di Malang

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Ilustrasi korban hanyut dihantam gelombang. Foto : Antara

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyatakan hantaman gelombang diduga menjadi penyebab lima mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya hilang di Pantai Jembatan Panjang, Malang Selatan, pada Sabtu (8/7/2023).

Widodo Setiyo Pranowo, Peneliti Ahli Utama Bidang Kepakaran Oseanografi Terapan dan Manajemen Pesisir dan Pusat Riset Iklim dan Atmosfer (PRIMA) BRIN, menuturkan secara rinci terdapat dua skenario yang diduga menjadi penyebab mahasiswa tersebut hanyut.

“Ada dua skenario dugaan terseretnya mahasiswa WNA oleh ombak atau gelombang laut,” katanya di Jakarta, pada Selasa (11/7/2023).

Melansir Antara, berdasarkan data elevasi muka laut yang terekam di Stasiun Pasang Surut (Pasut) Badan Informasi Geospasial (BIG) di Pantai Sendang Biru yang masih satu garis pantai dengan Pantai Jembatan Panjang antara pukul 07.00 WIB hingga 09.00 WIB yakni kondisi elevasi muka laut adalah saat menuju surut.

Artinya, arus laut akibat gradien muka laut secara dominan adalah meninggalkan wilayah pantai menuju ke wilayah laut atau lepas pantai dan diduga pada pukul 08.00 WIB adalah kondisi arus terkencang atau tercepat pada kondisi menuju surut tersebut.

Sedangkan kondisi gelombang laut di sepanjang wilayah pesisir Malang Selatan pada Sabtu 8 Juli 2023 sekitar pukul 08.00 WIB memiliki ketinggian gelombang signifikan berkisar 2,3 hingga 2,5 meter.

Peristiwa hanyutnya mahasiswa ini sendiri berawal dari dua orang mahasiswa tamu berkewarganegaraan asing (WNA) yang melalukan surfing kemudian hanyut terseret ombak pada Sabtu (8/7/2023) pukul 08.00 WIB.

Hanyutnya kedua mahasiswa tamu itu mendorong ketiga mahasiswa Indonesia lainnya berusaha menolong namun turut hanyut.

Dari kelima mahasiswa, baru dua yang ditemukan yakni M. Ruspandi pada Sabtu (8/7/2023) pukul 17.30 WIB dan Ana Brieva Ramirez , mahasiswa asal Spanyol, yang ditemukan di Pantai Bantol, Malang, dengan jarak delapan kilometer dari Pantai Jembatan Panjang, pada Minggu (9/7/2023) pukul 10.45 WIB.

Widodo menjelaskan terdapat dua skenario dugaan terseretnya mahasiswa tersebut yakni skenario pertama adalah diduga mahasiswa terhantam oleh gelombang setinggi 2,3 sampai 2,5 meter saat surfing di sekitar 450 meter sebelum garis pantai karena terdapat area gelombang pecah.

Sementara di antara area gelombang pecah tersebut terdapat area yang lebih tenang namun terdapat arus kencang (rip current) yang terbentuk dari sisa energi gelombang pecah tersebut dengan arus kencang bergerak kencang menuju lepas pantai.

Jika terjadi kopling arus antara arus akibat pasut saat menuju surut dan arus rip akibat sisa energi gelombang pecah maka bisa menjadi arus yang sangat cepat menghanyutkan mahasiswa menuju ke lepas pantai.

Apabila misalnya kecepatan hanyut tersebut dua meter per detik maka dalam waktu 10 menit saja mahasiswa tersebut terhanyut lebih dari satu kilometer tegak lurus ke arah laut dari garis pantai.

Skenario kedua yang sebagai skenario lanjutan yaitu ketika kecepatan hanyut yang tegak lurus pantai tadi berkurang kekuatannya menyebabkan tubuh mahasiswa hanyut oleh arus yang didorong oleh angin dari tenggara menuju ke barat-laut.

Hal itu menyebabkan tubuh mahasiswa akhirnya terdampar di Pantai Bantol yang letaknya lebih dari delapan kilometer sebelah barat Pantai Jembatan Panjang, Malang.(ant/dvn/faz)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
33o
Kurs