Jumat, 22 November 2024

Cegah Antraks, Pakar Kedokteran Unair Ajak Tingkatkan Edukasi dan Vaksinasi

Laporan oleh Risky Pratama
Bagikan
Petugas menggunakan APD sedang memeriksa hewan ternak. Foto: harianjogja

Nusdianto Triakoso pakar kedokteran hewan Universitas Airlangga (Unair) menyebut kemunculan kasus antraks pada manusia di Gunungkidul, Yogyakarta merupakan imbas dari kesengajaan warga yang menggali dan mengonsumsi sapi mati.

Ia mengatakan, antraks merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri bacillus anthracis, yang bila terpapar udara, bakteri tersebut bisa membentuk spora yang resisten terhadap suhu dan bahan kimia. Sehingga dapat hidup hingga puluhan tahun.

“Itulah sebabnya, tubuh hewan yang teridentifikasi antraks tidak boleh dibelah, meskipun untuk tujuan pemeriksaan. Berbeda dengan daging hewan ternak yang mengalami PMK, masih aman dikonsumsi dengan prosedur masak tertentu. Hewan antraks tidak boleh dibelah apalagi dikonsumsi, karena bakteri ini menyerang dan merusak organ-organ dalam, terutama limpa,” jelasnya, dalam keterangan yang diterima pada Selasa (11/7/2023).

Dengan kondisi tersebut, kawasan yang telah terdeteksi antraks perlu diawasi, karena memiliki peluang antraks yang lebih tinggi. Sebab ternak bisa terinfeksi dari pakan yang tercemar spora antraks di tanah.

Ia menyarankan agar pemerintah dan dinas terkait terus melacak dan menangani sumber penularan hewan ternak yang terdeteksi antraks. Serta memberi edukasi mengenai pencegahan, gejala hingga penyembuhan pada hewan maupun manusia.

“Sebagai langkah pencegahan di daerah endemis, semua ternak yang mati tanpa sebab harus dianggap penderita antraks meski tidak dites secara laboratorium dan harus dikubur dalam-dalam. Hewan tidak boleh dibuka atau dibelah meski untuk tujuan tes laboratorium. Tes laboratorium bisa dilakukan dari sampel darah yang keluar dari lubang-lubang alami tubuh,” jelasnya.

Selain itu, ia juga mengimbau pada peternak agar meningkatkan kekebalan hewan dengan vaksinasi antraks untuk mengatasi jika sewaktu-waktu hewan ternak memakan pakan yang tercemar spora bakteri antraks.

“Peternak juga harus sigap melapor kepada petugas bila menemukan ternak yang terlihat sakit, agar bisa segera didiagnosa. Karena bila tidak terlalu parah masih bisa diberikan antibakteri agar sembuh,” ungkapnya.

Penyakit bersifat zoonosis itu, kata dia, dapat menular dari hewan ke manusia dengan tiga cara penularan, yakni melalui saluran pernapasan, pencernaan dan luka terbuka.

“Jika spora terhirup menyebabkan infeksi yang menyerang paru-paru, bila masuk melalui sistem pencernaan, penderita akan mengalami kerusakan organ, utamanya limpa dan peredaran darah, sedangkan di kulit paling sering terjadi, tapi biasanya tidak menimbulkan bahaya,” paparnya.

Meskipun dapat berakibat fatal pada manusia dan hewan, tetapi ia menegaskan bahwa penyakit tersebut dapat diobati jika langsung diatasi ketika gejalanya ditemukan lebih awal. (ris/saf/faz)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
27o
Kurs